bundabunny

Gue anak orang kaya!

Ratu dan papi Kaisar baru saja tiba di pelataran parkir restoran padang pagi sore. Kebetulan keduanya memiliki janji di tempat tersebut. Ratu yang ingin menghampiri Raja dan Kaisar yang ingin bertemu dengan seseorang.

Ratu turun dari mobilnya. Sebelum itu dia sudah membawa dua buah paper bag berisi hadiah untuk Raja dan Bagas adiknya yang baru lulus di penerimaan mahasiswa baru. Jam rolex untuk Raja dan sepatu Balenciaga untuk Bagas. Memang Ratu sudah menyiapkannya dari jauh hari.

“Pi, masih cantik kakak?” tanyanya pada sang ayah yang baru turun dari mobil.

“Masih,Kak. Dari tadi kamu tanya itu terus.”

“Cantikan mana sama Renata Dewi Wulandari?”

“Dewi lah.”

“Cih,bucin.”

Kaisar baru saja menerima telepon. Dan Ratu baru saja menerima pesan dari Raja. Mereka berdua pun masuk ke dalam restoran sambil berjalan beriringan. Ratu menggandeng lengan ayahnya saat berjalan ke dalam. Kedua matanya bergerak mencari posisi keberadaan Raja saat ini.

“Assalamu'alaikum Pak Kaisar,” sambut seorang pria berpakaian batik yang langsung datang menghampiri mereka. Dan agaknya Ratu tak asing dengan wajah pria itu.

“Waalaikumsalam Pak Surya. Sudah lama? Saya benar-benar baru mendarat, belum sempat ke rumah dan langsung ke sini.”

“Oalah, nggak apa-apa,Pak. Mari, saya sudah pesan meja untuk kita. Cuma datang berdua?”

Kaisar menganggukkan kepala. “Iya. Cuma sama anak saya. Istri saya baru melahirkan jadi susah pergi kemana-mana.”

Selama ayahnya berbicara dengan pria tambun berbaju batik itu sambil berjalan menuju meja yang disebutkan. Ratu pun sejak tadi mencoba mengingat siapa gerangan pria dengan wajah tak asing oleh matanya ini. Rasanya dia seperti mengenal pria itu. Akan tetapi lupa pernah melihat di mana.

Sampai pada akhirnya langkah mereka terhenti di sebuah meja makan panjang yang sudah diduduki oleh beberapa orang.

“Kebetulan keluarga saya datang untuk menghadiri acara wisuda calon men—” Ucapan Pak Surya langsung terpotong karena Kaisar melihat seseorang yang dikenalnya. Sudah lama tidak bertemu pula.

“Assalamualaikum Mbak Anggi. Masih ingat saya?”

“Waalaikumsalam, Kaisar bukan?” Anggi berdiri dari duduknya. Bersalaman dengan Kaisar yang menyodorkan tangannya lebih dulu.

“Iya mbak Anggi. Maaf mbak waktu mas Ibnu meninggal saya tidak bisa datang ke Solo. Kebetulan saya sedang ada agenda di Singapura,” jelas Kaisar.

“Ya ampun nggak apa-apa, Mas Kaisar.”

“Tapi putri saya bilang kemarin dia sempat ke Solo bertemu Raja. Raja pernah bekerja dengan saya beberapa bulan kemarin.”

Dahi Pak Surya dan istri tampak berkerut bingung dengan interaksi dua orang itu. Sehingga dia pun mulai merasa penasaran dan memutuskan untuk bertanya.

“Pak Kaisar dan Anggi saling kenal kah?”

“Mbak Anggi ini istri teman saya waktu di tanah abang. Sekarang anaknya si Raja pacaran sama anak saya. Sangat kebetulan sekali bertemu mbak Anggi di sini.”

“Oalah sudah lama saling kenal ternyata.”

Pasangan suami dan istri dari Solo itu terkejut bukan main. Tidak menyangka jika Kaisar, orang yang akan membeli tanahnya untuk pembangunan hotel adalah calon besan dari keluarga Raja juga. Seketika itu pula dia sungkan untuk memperkenalkan Raja dengan embel-embel calon menantu pada Kaisar. Padahal tadi Surya berencana ingin membantu Raja untuk bekerja di perusahaan konglomerat itu.

“Ngomong-ngomong selamat ya Raja. Tadi Ratu bilang kamu jadi lulusan terbaik. Mantap! Semoga sukses.” Kaisar menepuk pundak Raja.

“Terima kasih, Pak Kaisar.”

Seketika itu juga Ratu langsung merasa pongah. Sengaja menyibakkan rambutnya dan menatap mencemooh Deska yang sejak tadi hanya diam memperhatikan interaksi ayahnya dengan ibu Raja.

Ratu merasa menang.

Berkat ayahnya, dia tak perlu repot-repot kerasukan reog hanya untuk memperjelas hubungannya dengan Raja di hadapan semua orang. Sampai-sampai ibu Raja pun ikut bungkam dan hanya tersenyum kecil padanya tadi.

“Kalau begitu siang ini saya yang traktir. Silahkan dinikmati masakan khas padang di sini. Hitung-hitung untuk menyambut calon besan dari Solo. Mbak Anggi, saya suka dengan Raja. Baik anaknya, cerdas dan sopan.”

Mendengar perkataan sang ayah. Benar-benar membuat Ratu ingin salto di depan muka masam Deska. Hari ini dia tak perlu mengeluarkan tenaga ekstra untuk bersaing.

Apalagi melihat ibu raja yang tak sanggup bersuara seperti ketikannya yang sadis saat mengirimkan pesan padanya. HAHA!

“Mas Raja selamat,ya. Maaf cuma bisa ngasih hadiah jam tangan.”

Ratu semakin puas saat melihat wajah shock Deska dan kedua orang tuanya ketika melihat hadiah jam rolex yang dia berikan pada Raja. Ratu tak main-main dalam menyombongkan harta orang tuanya untuk memukul telak Deska dan keluarga. Tak perlu membalas dengan menceritakan buruknya lawan. Dengan melakukan hal seperti ini saja sudah jelas membuat lawan tumbang.

“Mas, ini jam tangan 1M tahu,” celetuk Bagas dengan mulutnya yang menganga lebar.

“Dan ini buat Bagas. Hadiah dari mbak Ratu karena Bagas lulus masuk universitas. Semangat kuliahnya ya,dek.” Ratu memberikan paper bag tersebut pada Bagas yang menerimanya dengan senang hati. Wajahnya terlihat berseri-seri mendapatkan hadiah yang luar biasa dari pacar kakaknya.

“Makasih banyak ya mbak Ratu.”

“Suka?”

“Suka banget.”

Mereka semua sudah duduk di kursi masing-masing. Para orang tua duduk saling berdekatan. Kaisar dan Surya bahkan sudah mulai membahas kerjaan mereka sembari para pelayan restoran menyiapkan hidangan.

Ratu memutuskan duduk di samping Raja. Pria itu pun sengaja langsung menarik Ratu untuk bersama dengannya. Tak memperdulikan Deska yang duduk bersebrangan dengan mereka. Keduanya malah asik sendiri. Melepas Rindu selama beberapa waktu belakangan ini.

“Mas boleh cium?” bisik Raja tepat di telinga Ratu ketika perempuan itu membantu Raja memasangkan jam tangannya.

“Sabar kenapa mas, ish!”

“Keluar bentar yuk,dek. Basahin bibir dulu. Kering nih,” ucap Raja menggoda Ratu yang tersipu malu. “Cantik sekali pacar mas pake dress merah muda begini. Jadi makin sayang nih jadinya.”

“Udah sarjana malah makin jago ngegombal!” Ratu geram dan malah mencubit pinggang Raja sampai membuat Raja meringis.

Di saat sedang asiknya mereka berdua. Tiba-tiba saja ibu Raja mendekat. Duduk di kursi kosong samping kiri Ratu dan tersenyum teduh.

“Nak Ratu maafin ibu ya. Maaf telah menilai buruk kamu saat itu. Ibu menyesal sudah membuat kamu sakit hati. Mau kan maafin ibu?”

“Ratu udah maafin ibu kok.”

[]

Kerasukan Reog


Keadaan cafe di belakang fakultas kedokteran saat ini sedang ramai-ramainya. Banyak diantaranya selain mahasiswa kedokteran yang datang pada siang hari ini. Apalagi di saat jam makan siang. Ratu dan Satria sudah tiba lebih dulu daripada Deska. Kakak beradik itu bahkan sudah menghabiskan makan siang mereka. Sebab perut mereka sudah terasa keroncongan karena mendekati jam makan siang tadi.

Sembari menunggu kedatangan Deska. Masih sempatnya Ratu memoles kuku-kukunya dengan cat kuku tak berwarna, bening. Saat setelah dipoles, kuku itu pun tampak mengkilap. Sudah sangat pas untuk menjambak dan mencakar wajah Deska jika wanita ular itu banyak bertingkah dengannya.

“Mau berantem doang lo nggak perlu kutekan anjir,” seru Satria berbicara ngegas pada sang adik.

“Justru itu. Harus tetap keren dong. Siapa tau nanti viral lagi,” tukasnya seraya meniup kuku-kukunya. Ponselnya yang bergetar di dalam tas pun sampai diabaikan karena sibuk prepare untuk bertarung bersama Deska. Terakhir Ratu membaca pesan dari Deska. Wanita itu mengatakan jika dia akan segera sampai ke tempat pertemuan mereka.

Sekitar lima menit Ratu menunggu setelah pesan terakhir. Tak lama setelah itu empat orang perempuan masuk ke dalam cafe dengan gaya angkuh dan langsung menghampiri Ratu yang duduk sendirian karena Satria tengah merokok di luar. Di dekat smoking area.

Segelas es jeruk milik Ratu tumpah di atas meja dan mengenai celananya karena kaki meja cafe tersebut sengaja ditendang oleh orang yang memang ditunggu sejak tadi.

“Ups,sorry!” Ucap Deska sambil tertawa. Dan ketiga temannya pun ikut tertawa.

“Jangan banyak bacot. Duduk lo!” Seru Ratu menunjuk Deska dengan jari telunjuknya.

“Males. Ogah gue duduk deketan sama lenjeh.”

“Lacur kok malah teriak lenjeh,sih? Sehat?” teriak Ratu menarik perhatian beberapa pengunjung cafe yang ada di situ.

“Alah, bintang bokep nggak usah sok suci deh lo! Si Raja udah lo kasih jatah apem busuk lo juga,ha?!”

“Mulut calon dokter ternyata begini. Bau kayak sampah!” balas Ratu. Ternyata perkataan Deska barusan membuat emosi Ratu terpancing. Ratu pun menggebrak meja di depannya.Beberapa pengunjung kembali menoleh ke arah mereka. Sepertinya akan terjadi keributan besar sebentar lagi karena Deska mulai melakukan penyerangan pada Ratu.

“Tembak Ja,tembak! Sumpah lo tolol anjing!”

“Bacot monyet!”

Sementara itu di lain meja di sudut cafe yang sama dengan Ratu dan Deska. Tiga orang pemuda sedang asiknya mabar tanpa tahu di dalam cafe sudah terjadi keributan antara dua orang wanita cantik yang saling melakukan aksi jambak rambut dan cakar mencakar seperti harimau.

“Ada yang berantem woi!” Ujar salah seorang pengunjung di sebelah meja Raja, Cakra dan Ansel.

“Siapa?”

“Katanya anak fakultas kedokteran sama seleb twitter yang video mesumnya pernah kesebar.”

Sedang asyiknya mabar. Seketika itu juga Raja dan kedua temannya langsung menghentikan permainan mereka, saling bertatapan beberapa detik sebelum pada akhirnya Raja bangkit dari duduknya dan berlari mendekati kerumunan pengunjung cafe yang menyaksikan dua orang wanita yang sedang berkelahi.

“Tete lo implan anjing!” teriak Ratu meremas sebelah dada Deska saat jari-jari wanita itu menjambak keras rambutnya sampai terasa perih dan membuatnya pening.

“Gue telanjangin mampus lo lonte!” Deska nggak mau kalah. Aksinya menyerang Ratu dibantu oleh dua temannya yang memegang Ratu dan satu temannya lagi berusaha menarik kancing kemeja yang digunakan perempuan itu.

“Beraninya main keroyokan lo pada asu!”

“Robek aja bajunya!” perintah Deska pada kedua temannya yang memegang tangan Ratu. Pada bagian lengan Ratu memang terlihat sudah mulai robek sedikit karena ulah Deska. Ingin mempermalukan Ratu dengan menelanjangi mantan temannya itu.

Tidak ada yang melerai, termasuk Satria yang hanya tertawa melihat adiknya seperti tengah kerasukan reog. Bukannya tidak ingin membantu. Dia sangat tahu jika adiknya itu seorang mantan preman. Hal seperti yang terjadi ini sudah sering dia lihat saat Ratu masih SMA.

Saat dua buah kancing baju Ratu akan terlepas. Raja pun datang menerobos kerumunan dan melihat sang kekasih akan dipermalukan oleh Deska dan teman-temannya. Tentu saja hal itu membuat Raja murka detik itu juga.

“Lo apain cewek gue bangsat!”

Suara keras Raja pun terdengar menggelegar di dalam ruangan tersebut. Suara gaduh keributan yang terjadi pun langsung berubah hening.

“Raja?”

“Mas Raja…!”

Saat Deska terkejut dengan kehadiran Raja secara tiba-tiba. Saat itu juga Ratu memanfaatkan kesempatan emas untuk membalas Deska. Satu tonjokan keras pun melayang ke wajah cantik perempuan itu. Membuat Deska jatuh terduduk sambil memegangi pipinya yang berdenyut sakit.

“Ratu anjing!” pekik Deska menahan denyut di pipi sebelah kanannya yang mendapatkan bogeman mentah Ratu.

“Itu buat lo karena ganjen sama cowok orang. Bapak lo susah-susah jual sawah buat biaya kuliah lo. Tapi disini lo malah ngelonte.”

“Nggak usah bacot lo anjing. Lo nggak lebih sampah dari gue Ratu! Modal ngangkang doang!”

“Ngomong sekali lagi biar rahang lo gue bikin geser!”

“Sayang udah. Stop!” Raja pun akhirnya melerai sang kekasih dengan berdiri di depan tubuh yang lebih kecil darinya itu. Secara naluriah tangan Raja bergerak mengancingi semua kancing baju kemeja Ratu. Tidak ingin membiarkan sang kekasih menjadi tontonan orang ramai.

Tatapan tajam Raja langsung tertuju pada Ayu yang hampir menangis sambil memegang pipinya. Sudah pasti sakit sekali rasanya saat di bogem mentah oleh Ratu.

“Gue tau lo sebenarnya nggak suka sama Raja. Lo berusaha deketin dia karena lo tau kalo Raja cowok gue.”

“Gila lo Ratu!”

Telinga Raja sudah panas sekali rasanya mendengar perang mulut dua wanita itu. Sudah dilerai seperti ini pun masih sempatnya juga mereka akan kembali saling serang. Mau tak mau Raja harus membawa Ratu pergi dari sini,segera.

“Ayu, aku nggak nyangka ternyata kamu semengerikan ini. Aku bakal bilang ke orang tuamu. Ngadu ke mereka tentang kelakuanmu selama di Jakarta. Sudah pasti mereka akan kecewa dengan kamu,Yu.”

Mendengar penuturan sang kekasih membuat Ratu merasa menang dalam melawan Deska kali ini. Tak sia-sia tadi dia dianiaya oleh Deska dan teman-temannya. Karena dengan begitu Raja dapat melihat sendiri bagaimana wajah asli dari Deska Ayu yang akan dijodohkan oleh keluarganya di Solo.

Sudah puas menonjok Deska. Sekarang dia semakin puas melihat wajah pucat pasi Deska yang ketakutan akan diadukan Raja kepada kedua orang tuanya di Solo. Ingin tertawa melihat wajah sialan Deska. Tapi dia harus tetap terlihat tersakiti di depan Raja.

“Lo liat,Cel?” bisik Cakra yang menjadi penonton petarungan sengit dua wanita cantik.

“Hm…”

“Cewek Raja kali ini bukan kaleng-kaleng. No kalem-kalem club. Suka gue cewek modelan begitu,asli.”

“Tapi yang satunya cakep juga,” celetuk Ansel.

[]

Kerasukan Reog


Keadaan cafe di belakang fakultas kedokteran saat ini sedang ramai-ramainya. Banyak diantaranya selain mahasiswa kedokteran yang datang pada siang hari ini. Apalagi di saat jam makan siang. Ratu dan Satria sudah tiba lebih dulu daripada Deska. Kakak beradik itu bahkan sudah menghabiskan makan siang mereka. Sebab perut mereka sudah terasa keroncongan karena mendekati jam makan siang tadi.

Sembari menunggu kedatangan Deska. Masih sempatnya Ratu memoles kuku-kukunya dengan cat kuku tak berwarna, bening. Saat setelah dipoles, kuku itu pun tampak mengkilap. Sudah sangat pas untuk menjambak dan mencakar wajah Deska jika wanita ular itu banyak bertingkah dengannya.

“Mau berantem doang lo nggak perlu kutekan anjir,” seru Satria berbicara ngegas pada sang adik.

“Justru itu. Harus tetap keren dong. Siapa tau nanti viral lagi,” tukasnya seraya meniup kuku-kukunya. Ponselnya yang bergetar di dalam tas pun sampai diabaikan karena sibuk prepare untuk bertarung bersama Deska. Terakhir Ratu membaca pesan dari Deska. Wanita itu mengatakan jika dia akan segera sampai ke tempat pertemuan mereka.

Sekitar lima menit Ratu menunggu setelah pesan terakhir. Tak lama setelah itu empat orang perempuan masuk ke dalam cafe dengan gaya angkuh dan langsung menghampiri Ratu yang duduk sendirian karena Satria tengah merokok di luar. Di dekat smoking area.

Segelas es jeruk milik Ratu tumpah di atas meja dan mengenai celananya karena kaki meja cafe tersebut sengaja ditendang oleh orang yang memang ditunggu sejak tadi.

“Ups,sorry!” Ucap Deska sambil tertawa. Dan ketiga temannya pun ikut tertawa.

“Jangan banyak bacot. Duduk lo!” Seru Ratu menunjuk Deska dengan jari telunjuknya.

“Males. Ogah gue duduk deketan sama lenjeh.”

“Lacur kok malah teriak lenjeh,sih? Sehat?” teriak Ratu menarik perhatian beberapa pengunjung cafe yang ada di situ.

“Alah, bintang bokep nggak usah sok suci deh lo! Si Raja udah lo kasih jatah apem busuk lo juga,ha?!”

“Mulut calon dokter ternyata begini. Bau kayak sampah!” balas Ratu. Ternyata perkataan Deska barusan membuat emosi Ratu terpancing. Ratu pun menggebrak meja di depannya.Beberapa pengunjung kembali menoleh ke arah mereka. Sepertinya akan terjadi keributan besar sebentar lagi karena Deska mulai melakukan penyerangan pada Ratu.

“Tembak Ja,tembak! Sumpah lo tolol anjing!”

“Bacot monyet!”

Sementara itu di lain meja di sudut cafe yang sama dengan Ratu dan Deska. Tiga orang pemuda sedang asiknya mabar tanpa tahu di dalam cafe sudah terjadi keributan antara dua orang wanita cantik yang saling melakukan aksi jambak rambut dan cakar mencakar seperti harimau.

“Ada yang berantem woi!” Ujar salah seorang pengunjung di sebelah meja Raja, Cakra dan Ansel.

“Siapa?”

“Katanya anak fakultas kedokteran sama seleb twitter yang video mesumnya pernah kesebar.”

Sedang asyiknya mabar. Seketika itu juga Raja dan kedua temannya langsung menghentikan permainan mereka, saling bertatapan beberapa detik sebelum pada akhirnya Raja bangkit dari duduknya dan berlari mendekati kerumunan pengunjung cafe yang menyaksikan dua orang wanita yang sedang berkelahi.

“Tete lo implan anjing!” teriak Ratu meremas sebelah dada Deska saat jari-jari wanita itu menjambak keras rambutnya sampai terasa perih dan membuatnya pening.

“Gue telanjangin mampus lo lonte!” Deska nggak mau kalah. Aksinya menyerang Ratu dibantu oleh dua temannya yang memegang Ratu dan satu temannya lagi berusaha menarik kancing kemeja yang digunakan perempuan itu.

“Beraninya main keroyokan lo pada asu!”

“Robek aja bajunya!” perintah Deska pada kedua temannya yang memegang tangan Ratu. Pada bagian lengan Ratu memang terlihat sudah mulai robek sedikit karena ulah Deska. Ingin mempermalukan Ratu dengan menelanjangi mantan temannya itu.

Tidak ada yang melerai, termasuk Satria yang hanya tertawa melihat adiknya seperti tengah kerasukan reog. Bukannya tidak ingin membantu. Dia sangat tahu jika adiknya itu seorang mantan preman. Hal seperti yang terjadi ini sudah sering dia lihat saat Ratu masih SMA.

Saat dua buah kancing baju Ratu akan terlepas. Raja pun datang menerobos kerumunan dan melihat sang kekasih akan dipermalukan oleh Deska dan teman-temannya. Tentu saja hal itu membuat Raja murka detik itu juga.

“Lo apain cewek gue bangsat!”

Suara keras Raja pun terdengar menggelegar di dalam ruangan tersebut. Suara gaduh keributan yang terjadi pun langsung berubah hening.

“Raja?”

“Mas Raja…!”

Saat Deska terkejut dengan kehadiran Raja secara tiba-tiba. Saat itu juga Ratu memanfaatkan kesempatan emas untuk membalas Deska. Satu tonjokan keras pun melayang ke wajah cantik perempuan itu. Membuat Deska jatuh terduduk sambil memegangi pipinya yang berdenyut sakit.

“Ratu anjing!” pekik Deska menahan denyut di pipi sebelah kanannya yang mendapatkan bogeman mentah Ratu.

“Itu buat lo karena ganjen sama cowok orang. Bapak lo susah-susah jual sawah buat biaya kuliah lo. Tapi disini lo malah ngelonte.”

“Nggak usah bacot lo anjing. Lo nggak lebih sampah dari gue Ratu! Modal ngangkang doang!”

“Ngomong sekali lagi biar rahang lo gue bikin geser!”

“Sayang udah. Stop!” Raja pun akhirnya melerai sang kekasih dengan berdiri di depan tubuh yang lebih kecil darinya itu. Secara naluriah tangan Raja bergerak mengancingi semua kancing baju kemeja Ratu. Tidak ingin membiarkan sang kekasih menjadi tontonan orang ramai.

Tatapan tajam Raja langsung tertuju pada Ayu yang hampir menangis sambil memegang pipinya. Sudah pasti sakit sekali rasanya saat di bogem mentah oleh Ratu.

“Gue tau lo sebenarnya nggak suka sama Raja. Lo berusaha deketin dia karena lo tau kalo Raja cowok gue.”

“Gila lo Ratu!”

Telinga Raja sudah panas sekali rasanya mendengar perang mulut dua wanita itu. Sudah dilerai seperti ini pun masih sempatnya juga mereka akan kembali saling serang. Mau tak mau Raja harus membawa Ratu pergi dari sini,segera.

“Ayu, aku nggak nyangka ternyata kamu semengerikan ini. Aku bakal bilang ke orang tuamu. Ngadu ke mereka tentang kelakuanmu selama di Jakarta. Sudah pasti mereka akan kecewa dengan kamu,Yu.”

Mendengar penuturan sang kekasih membuat Ratu merasa menang dalam melawan Deska kali ini. Tak sia-sia tadi dia dianiaya oleh Deska dan teman-temannya. Karena dengan begitu Raja dapat melihat sendiri bagaimana wajah asli dari Deska Ayu yang akan dijodohkan oleh keluarganya di Solo.

Sudah puas menonjok Deska. Sekarang dia semakin puas melihat wajah pucat pasi Deska yang ketakutan akan diadukan Raja kepada kedua orang tuanya di Solo. Ingin tertawa melihat wajah sialan Deska. Tapi dia harus tetap terlihat tersakiti di depan Raja.

“Lo liat,Cel?” bisik Cakra yang menjadi penonton petarungan sengit dua wanita cantik.

“Hm…”

“Cewek Raja kali ini bukan kaleng-kaleng. No kalem-kalem club. Suka gue cewek modelan begitu,asli.”

“Tapi yang satunya cakep juga,” celetuk Ansel.

[]

Kerasukan Reog


Keadaan cafe di belakang fakultas kedokteran saat ini sedang ramai-ramainya. Banyak diantaranya selain mahasiswa kedokteran yang datang pada siang hari ini. Apalagi di saat jam makan siang. Ratu dan Satria sudah tiba lebih dulu daripada Deska. Kakak beradik itu bahkan sudah menghabiskan makan siang mereka. Sebab perut mereka sudah terasa keroncongan karena mendekati jam makan siang tadi.

Sembari menunggu kedatangan Deska. Masih sempatnya Ratu memoles kuku-kukunya dengan cat kuku tak berwarna, bening. Saat setelah dipoles, kuku itu pun tampak mengkilap. Sudah sangat pas untuk menjambak dan mencakar wajah Deska jika wanita ular itu banyak bertingkah dengannya.

“Mau berantem doang lo nggak perlu kutekan anjir,” seru Satria berbicara ngegas pada sang adik.

“Justru itu. Harus tetap keren dong. Siapa tau nanti viral lagi,” tukasnya seraya meniup kuku-kukunya. Ponselnya yang bergetar di dalam tas pun sampai diabaikan karena sibuk prepare untuk bertarung bersama Deska. Terakhir Ratu membaca pesan dari Deska. Wanita itu mengatakan jika dia akan segera sampai ke tempat pertemuan mereka.

Sekitar lima menit Ratu menunggu setelah pesan terakhir. Tak lama setelah itu empat orang perempuan masuk ke dalam cafe dengan gaya angkuh dan langsung menghampiri Ratu yang duduk sendirian karena Satria tengah merokok di luar. Di dekat smoking area.

Segelas es jeruk milik Ratu tumpah di atas meja dan mengenai celananya karena kaki meja cafe tersebut sengaja ditendang oleh orang yang memang ditunggu sejak tadi.

“Ups,sorry!” Ucap Deska sambil tertawa. Dan ketiga temannya pun ikut tertawa.

“Jangan banyak bacot. Duduk lo!” Seru Ratu menunjuk Deska dengan jari telunjuknya.

“Males. Ogah gue duduk deketan sama lenjeh.”

“Lacur kok malah teriak lenjeh,sih? Sehat?” teriak Ratu menarik perhatian beberapa pengunjung cafe yang ada di situ.

“Alah, bintang bokep nggak usah sok suci deh lo! Si Raja udah lo kasih jatah apem busuk lo juga,ha?!”

“Mulut calon dokter ternyata begini. Bau kayak sampah!” balas Ratu. Ternyata perkataan Deska barusan membuat emosi Ratu terpancing. Ratu pun menggebrak meja di depannya.Beberapa pengunjung kembali menoleh ke arah mereka. Sepertinya akan terjadi keributan besar sebentar lagi karena Deska mulai melakukan penyerangan pada Ratu.

“Tembak Ja,tembak! Sumpah lo tolol anjing!”

“Bacot monyet!”

Sementara itu di lain meja di sudut cafe yang sama dengan Ratu dan Deska. Tiga orang pemuda sedang asiknya mabar tanpa tahu di dalam cafe sudah terjadi keributan antara dua orang wanita cantik yang saling melakukan aksi jambak rambut dan cakar mencakar seperti harimau.

“Ada yang berantem woi!” Ujar salah seorang pengunjung di sebelah meja Raja, Cakra dan Ansel.

“Siapa?”

“Katanya anak fakultas kedokteran sama seleb twitter yang video mesumnya pernah kesebar.”

Sedang asyiknya mabar. Seketika itu juga Raja dan kedua temannya langsung menghentikan permainan mereka, saling bertatapan beberapa detik sebelum pada akhirnya Raja bangkit dari duduknya dan berlari mendekati kerumunan pengunjung cafe yang menyaksikan dua orang wanita yang sedang berkelahi.

“Tete lo implan anjing!” teriak Ratu meremas sebelah dada Deska saat jari-jari wanita itu menjambak keras rambutnya sampai terasa perih dan membuatnya pening.

“Gue telanjangin mampus lo lonte!” Deska nggak mau kalah. Aksinya menyerang Ratu dibantu oleh dua temannya yang memegang Ratu dan satu temannya lagi berusaha menarik kancing kemeja yang digunakan perempuan itu.

“Beraninya main keroyokan lo pada asu!”

“Robek aja bajunya!” perintah Deska pada kedua temannya yang memegang tangan Ratu. Pada bagian lengan Ratu memang terlihat sudah mulai robek sedikit karena ulah Deska. Ingin mempermalukan Ratu dengan menelanjangi mantan temannya itu.

Tidak ada yang melerai, termasuk Satria yang hanya tertawa melihat adiknya seperti tengah kerasukan reog. Bukannya tidak ingin membantu. Dia sangat tahu jika adiknya itu seorang mantan preman. Hal seperti yang terjadi ini sudah sering dia lihat saat Ratu masih SMA.

Saat dua buah kancing baju Ratu akan terlepas. Raja pun datang menerobos kerumunan dan melihat sang kekasih akan dipermalukan oleh Deska dan teman-temannya. Tentu saja hal itu membuat Raja murka detik itu juga.

“Lo apain cewek gue bangsat!”

Suara keras Raja pun terdengar menggelegar di dalam ruangan tersebut. Suara gaduh keributan yang terjadi pun langsung berubah hening.

“Raja?”

“Mas Raja…!”

Saat Deska terkejut dengan kehadiran Raja secara tiba-tiba. Saat itu juga Ratu memanfaatkan kesempatan emas untuk membalas Deska. Satu tonjokan keras pun melayang ke wajah cantik perempuan itu. Membuat Deska jatuh terduduk sambil memegangi pipinya yang berdenyut sakit.

“Ratu anjing!” pekik Deska menahan denyut di pipi sebelah kanannya yang mendapatkan bogeman mentah Ratu.

“Itu buat lo karena ganjen sama cowok orang. Bapak lo susah-susah jual sawah buat biaya kuliah lo. Tapi disini lo malah ngelonte.”

“Nggak usah bacot lo anjing. Lo nggak lebih sampah dari gue Ratu! Modal ngangkang doang!”

“Ngomong sekali lagi biar rahang lo gue bikin geser!”

“Sayang udah. Stop!” Raja pun akhirnya melerai sang kekasih dengan berdiri di depan tubuh yang lebih kecil darinya itu. Secara naluriah tangan Raja bergerak mengancingi semua kancing baju kemeja Ratu. Tidak ingin membiarkan sang kekasih menjadi tontonan orang ramai.

Tatapan tajam Raja langsung tertuju pada Ayu yang hampir menangis sambil memegang pipinya. Sudah pasti sakit sekali rasanya saat di bogem mentah oleh Ratu.

“Gue tau lo sebenarnya nggak suka sama Raja. Lo berusaha deketin dia karena lo tau kalo Raja cowok gue.”

“Gila lo Ratu!”

Telinga Raja sudah panas sekali rasanya mendengar perang mulut dua wanita itu. Sudah dilerai seperti ini pun masih sempatnya juga mereka akan kembali saling serang. Mau tak mau Raja harus membawa Ratu pergi dari sini,segera.

“Ayu, aku nggak nyangka ternyata kamu semengerikan ini. Aku bakal bilang ke orang tuamu. Ngadu ke mereka tentang kelakuanmu selama di Jakarta. Sudah pasti mereka akan kecewa dengan kamu,Yu.”

Mendengar penuturan sang kekasih membuat Ratu merasa menang dalam melawan Deska kali ini. Tak sia-sia tadi dia dianiaya oleh Deska dan teman-temannya. Karena dengan begitu Raja dapat melihat sendiri bagaimana wajah asli dari Deska Ayu yang akan dijodohkan oleh keluarganya di Solo.

Sudah puas menonjok Deska. Sekarang dia semakin puas melihat wajah pucat pasi Deska yang ketakutan akan diadukan Raja kepada kedua orang tuanya di Solo. Ingin tertawa melihat wajah sialan Deska.

“Lo liat,Cel?”

“Hm…”

“Cewek Raja kali ini bukan kaleng-kaleng. No kalem-kalem club. Suka gue cewek modelan begitu,asli.”

[]

Setelah selesai sholat isya Raja langsung bertolak dari kos Rajawali ke rumah sang kekasih. Menghabiskan waktu selama sekitar lima belas menit untuknya sampai di kediaman mewah bak istana milik keluarga Ratu. Setelah tadi sebelum isya Ratu mengatakan jika sang ayah sudah menunggu kedatangan kekasihnya itu.

Bersamaan dengan jantungnya yang berdetak kencang, Kaisar yang kembali ke ruang tamu setelah keluar dari kamar pun mengambil posisi duduk di seberang sofa yang diduduki. Tampaknya pria itu belum sepenuhnya sadar dengan kehadiran Raja bersama mereka, karena fokus menatap layar petak di tangannya.

“Mana pacarmu. Katanya mau kesini?” tanya Kaisar tanpa melihat Ratu.

“Udah disini kok.” Ratu menoleh ke samping. Ke arah Raja yang semakin tegang di posisinya.

“Mana?” tanya Kaisar melepaskan kacamata yang bertengger dihidung bangirnya. Lantas mengangkat kepala setelah Ratu mengatakan jika sang kekasih sudah tiba.

“Assalamu'alaikum,Pak,” sapa Raja pertama kali dengan sopan. Memunculkan keriput di kening Kaisar yang tampak bingung.

“Waalaikumsalam. Ada Raja ternyata.” Kaisar menjawab salam Raja. “Ada apa kemari, Raja? Mau pamit,ya?”

Pertanyaan sederhana yang dilontarkan Kaisar saja rasanya benar-benar membuat Raja ketar-ketir untuk menjawab. Tangannya mendingin seraya meremas kain celananya.

“Saya kesini ingin—” Perkataan Raja langsung terpotong oleh Ratu.

“Mas Raja pacaran sama Ratu,Pi.” Celetuk mulut Ratu enteng.

Dua pasang mata itu pun langsung menoleh pada Ratu saat dia selesai berucap dengan santainya. Tidak tahu saja jika nyawa Raja rasanya sudah berada di ujung tanduk. Niatnya ingin berbasa-basi dengan ayah sang kekasih sebelum memperkenalkan diri sebagai kekasih putri beliau.

“Aneh-aneh saja kamu.” Papi terkekeh. Kepalanya menggeleng merasa lucu dengan candaan sang putri. “Kok ya kamu mau sama supir,sih?”

“Ratu serius,Pi. Mas ayo bilang dong sama papi kalo kamu pacar aku.”

“Sabar,Ratu,” gumam Raja menyiapkan diri. Menyentuh lutut Ratu pelan yang terbalut celana bahan hitam. Di depan Kaisar dia melakukannya. Menyentuh Ratu di depan sang ayah.

Pandangan mata Kaisar pun beralih ke arah Raja yang tersenyum canggung di tempat duduknya. Peluh mulai terasa meluncur dari kepalanya padahal ruang tamu Ratu hawanya dingin karena AC yang menyala.

“Apa yang dikatakan Ratu benar?”

Dengan mantap Raja mengangguk. “Benar,Pak. Saya mendekati putri bapak dan menjalin hubungan dengannya.”

“Seperti tidak ada laki-laki lain saja. Supir kok kamu pacari.” Celetuk Kaisar dengan sadis.

Suasana pun mulai mendadak tegang. Kaisar meletakkan tablet yang dipegangnya di atas meja, lalu berdehem sebelum memanggil sang istri yang berada di dalam kamar. “Mami, kemari sebentar.”

Terdengar bunyi pintu yang tertutup. Sosok wanita cantik yang sudah mulai berumur pun muncul dan bergabung bersama mereka.

“Oalah, ada Raja.”

“Pacar anakmu,” seru Kaisar.

“Ha? Pacar Ratu?”

Kepala sepasang kekasih itupun mengangguk dengan kompak tanpa rencana.

“Sudah berapa lama?” tanya sang ibu.

“Hampir tiga bulan,Mi.” Itu Ratu yang menjawab.

“Orang tuamu kerja di perusahaan mana, Raja?” giliran Kaisar lagi yang bertanya.

Raja membetulkan posisi duduknya. Tetap bersikap sopan di hadapan kedua orang tua sang kekasih yang duduk berdampingan. Sebelum menjawab Raja pun tersenyum. “Orang tua saya tidak bekerja di perusahaan manapun,Pak. Orang tua saya di Solo hanya berkebun dan memiliki kedai harian kecil-kecilan. Cuma dulu orang tua saya pernah menjadi pedagang di tanah abang sebelum bangkrut.”

“Punya toko apa dulu orang tuamu di tanah abang?”

“Toko bahan tekstil,Pak.” Jawab Raja seadanya.

“Siapa nama ayahmu?”

“Ibnu Abbas Dirgantara,Pak.”

“Ibnu Abbas.. Ibnu Abbas?” Seketika itu juga bola mata Kaisar langsung membelalak kaget. “Anaknya mas Ibnu kamu? Pantas wajahmu nggak asing. Astaga…”

“Ibnu siapa,pi?” tanya sang istri. “Kayaknya papi kenal banget sama orang tua Raja.”

“Mas Ibnu,Mi. Yang punya toko tekstil di samping toko toko Uda Doni dulu. Istrinya sering nanyain resep bumbu rendang sama mami. Waktu itu mami masih hamil Ratu, kita baru pindah ke Jakarta.”

Butuh beberapa waktu bagi Wulandari untuk mengingat siapa gerangan sosok yang diceritakan sang suami padanya. Sudah hampir dua puluh tahun yang lalu soalnya jika dia sedang mengandung Ratu.

“Papi kenal sama orang tua mas Raja?” Ratu yang sejak tadi menyimak akhirnya bersuara.

“Kenal papi sama ayahnya Raja. Wajahnya mirip sekali dengan Raja cuma agak gelap dan gondrong rambutnya waktu itu. Makanya papi sebenarnya nggak asing sama wajah Raja ini. Ternyata anaknya mas Ibnu. Papi tahu kabar mas Ibnu meninggal. Tapi kan saat itu papi masih di Singapura,” jelas pria itu. “Tidak menyangka sekali papi kalau Raja ini anak teman papi juga. Astaga…”

“Saya lebih tidak menyangka jika pak Kaisar kenal dengan kedua orang tua saya,” ungkap Raja jujur masih sedikit syok.

Kaisar tertawa dan mulai menyombongkan diri. “Teman saya banyak, Raja. Relasi bisnis saya ada di mana-mana. Bukannya sombong. Tapi usaha saya sudah ada di mana-mana. Jadi, walaupun kamu dan Ratu menjalin hubungan. Apa yang bisa kamu kasih ke anak saya?”

Suasana yang tadi mulai mencair seketika menjadi tegang kembali. Kaisar menarik sebatang rokok dari dalam kotaknya, lalu membakar ujung rokok tersebut.

“Untuk saat ini saya belum bisa memberikan apa-apa pada Ratu,Pak.”

“Usiamu berapa sekarang?”

“22 tahun pak.”

“Rencanamu setelah lulus kuliah apa?” tanya Kaisar to the point.

“Insyaallah saya akan kerja di Kalimantan,Pak. Di salah satu cabang WASKITA karya.”

“Oke, saya kasih kamu target. Lima atau enam tahun kedepan kamu belum bisa jadi apa-apa. Tinggalkan Ratu. Kamu siap,Raja?”

“Papi.. ih kok gitu?!” Mendengar target yang diberikan sang ayah tentu saja membuat Ratu mengajukan penolakan. Bagaimana jika dalam waktu lima tahun Raja belum menjadi seperti apa yang ayahnya minta?

“Ratu diam. Kali ini papi akan sedikit keras sama kamu.”

“Saya siap,Pak!”

“Mas?” Ratu terkaget dan memalingkan wajah ke arah Raja.

“Lima tahun ke depan yang terparkir di depan halaman rumah saya saat kamu menemui Ratu bukan lagi motor BEAT. Minimal Pajero. Paham?”

“Maksimalnya apa,Pak?” Raja bertanya iseng. Padahal di sampingnya Ratu sudah hampir stres karena target gila sang ayah kepada kekasihnya. Tak bisa dibayangkan jika dia dan Raja harus terpisah.

“Land Cruiser kalo kamu sanggup.”

“Baik, Pak. Saya akan berusaha,” timpal Raja dengan kepercayaan diri besar. Cintanya pada dek Ratu yang membuat dia percaya diri seperti ini. “Jadi, saya diizinkan untuk menjalin hubungan dengan Ratu,pak?”

“Silahkan. Tapi jika target kamu gagal. Tinggalkan Ratu. Saya tidak akan memberikan putri saya pada laki-laki melarat,” tandas Kaisar. “Seperti keadaan kamu sekarang ini.”

“Mas,kamu harus kerja lembur bagai kuda. Aku nggak mau tahu!”

Setelah selesai sholat isya Raja langsung bertolak dari kos Rajawali ke rumah sang kekasih. Menghabiskan waktu selama sekitar lima belas menit untuknya sampai di kediaman mewah bak istana milik keluarga Ratu. Setelah tadi sebelum isya Ratu mengatakan jika sang ayah sudah menunggu kedatangan kekasihnya itu.

Bersamaan dengan jantungnya yang berdetak kencang, Kaisar yang kembali ke ruang tamu setelah keluar dari kamar pun mengambil posisi duduk di seberang sofa yang diduduki. Tampaknya pria itu belum sepenuhnya sadar dengan kehadiran Raja bersama mereka, karena fokus menatap layar petak di tangannya.

“Mana pacarmu. Katanya mau kesini?” tanya Kaisar tanpa melihat Ratu.

“Udah disini kok.” Ratu menoleh ke samping. Ke arah Raja yang semakin tegang di posisinya.

“Mana?” tanya Kaisar melepaskan kacamata yang bertengger dihidung bangirnya. Lantas mengangkat kepala setelah Ratu mengatakan jika sang kekasih sudah tiba.

“Assalamu'alaikum,Pak,” sapa Raja pertama kali dengan sopan. Memunculkan keriput di kening Kaisar yang tampak bingung.

“Waalaikumsalam. Ada Raja ternyata.” Kaisar menjawab salam Raja. “Ada apa kemari, Raja? Mau pamit,ya?”

Pertanyaan sederhana yang dilontarkan Kaisar saja rasanya benar-benar membuat Raja ketar-ketir untuk menjawab. Tangannya mendingin seraya meremas kain celananya.

“Saya kesini ingin—” Perkataan Raja langsung terpotong oleh Ratu.

“Mas Raja pacaran sama Ratu,Pi.” Celetuk mulut Ratu enteng.

Dua pasang mata itu pun langsung menoleh pada Ratu saat dia selesai berucap dengan santainya. Tidak tahu saja jika nyawa Raja rasanya sudah berada di ujung tanduk. Niatnya ingin berbasa-basi dengan ayah sang kekasih sebelum memperkenalkan diri sebagai kekasih putri beliau.

“Aneh-aneh saja kamu.” Papi terkekeh. Kepalanya menggeleng merasa lucu dengan candaan sang putri. “Kok ya kamu mau sama supir,sih?”

“Ratu serius,Pi. Mas ayo bilang dong sama papi kalo kamu pacar aku.”

“Sabar,Ratu,” gumam Raja menyiapkan diri. Menyentuh lutut Ratu pelan yang terbalut celana bahan hitam. Di depan Kaisar dia melakukannya. Menyentuh Ratu di depan sang ayah.

Pandangan mata Kaisar pun beralih ke arah Raja yang tersenyum canggung di tempat duduknya. Peluh mulai terasa meluncur dari kepalanya padahal ruang tamu Ratu hawanya dingin karena AC yang menyala.

“Apa yang dikatakan Ratu benar?”

Dengan mantap Raja mengangguk. “Benar,Pak. Saya mendekati putri bapak dan menjalin hubungan dengannya.”

“Seperti tidak ada laki-laki lain saja. Supir kok kamu pacari.” Celetuk Kaisar dengan sadis.

Suasana pun mulai mendadak tegang. Kaisar meletakkan tablet yang dipegangnya di atas meja, lalu berdehem sebelum memanggil sang istri yang berada di dalam kamar. “Mami, kemari sebentar.”

Terdengar bunyi pintu yang tertutup. Sosok wanita cantik yang sudah mulai berumur pun muncul dan bergabung bersama mereka.

“Oalah, ada Raja.”

“Pacar anakmu,” seru Kaisar.

“Ha? Pacar Ratu?”

Kepala sepasang kekasih itupun mengangguk dengan kompak tanpa rencana.

“Sudah berapa lama?” tanya sang ibu.

“Hampir tiga bulan,Mi.” Itu Ratu yang menjawab.

“Orang tuamu kerja di perusahaan mana, Raja?” giliran Kaisar lagi yang bertanya.

Raja membetulkan posisi duduknya. Tetap bersikap sopan di hadapan kedua orang tua sang kekasih yang duduk berdampingan. Sebelum menjawab Raja pun tersenyum. “Orang tua saya tidak bekerja di perusahaan manapun,Pak. Orang tua saya di Solo hanya berkebun dan memiliki kedai harian kecil-kecilan. Cuma dulu orang tua saya pernah menjadi pedagang di tanah abang sebelum bangkrut.”

“Punya toko apa dulu orang tuamu di tanah abang?”

“Toko bahan tekstil,Pak.” Jawab Raja seadanya.

“Siapa nama ayahmu?”

“Ibnu Abbas Dirgantara,Pak.”

“Ibnu Abbas.. Ibnu Abbas?” Seketika itu juga bola mata Kaisar langsung membelalak kaget. “Anaknya mas Ibnu kamu? Pantas wajahmu nggak asing. Astaga…”

“Ibnu siapa,pi?” tanya sang istri. “Kayaknya papi kenal banget sama orang tua Raja.”

“Mas Ibnu,Mi. Yang punya toko tekstil di samping toko toko Uda Doni dulu. Istrinya sering nanyain resep bumbu rendang sama mami. Waktu itu mami masih hamil Ratu, kita baru pindah ke Jakarta.”

Butuh beberapa waktu bagi Wulandari untuk mengingat siapa gerangan sosok yang diceritakan sang suami padanya. Sudah hampir dua puluh tahun yang lalu soalnya jika dia sedang mengandung Ratu.

“Papi kenal sama orang tua mas Raja?” Ratu yang sejak tadi menyimak akhirnya bersuara.

“Kenal papi sama ayahnya Raja. Wajahnya mirip sekali dengan Raja cuma agak gelap dan gondrong rambutnya waktu itu. Makanya papi sebenarnya nggak asing sama wajah Raja ini. Ternyata anaknya mas Ibnu. Papi tahu kabar mas Ibnu meninggal. Tapi kan saat itu papi masih di Singapura,” jelas pria itu. “Tidak menyangka sekali papi kalau Raja ini anak teman papi juga. Astaga…”

“Saya lebih tidak menyangka jika pak Kaisar kenal dengan kedua orang tua saya,” ungkap Raja jujur masih sedikit syok.

Kaisar tertawa dan mulai menyombongkan diri. “Teman saya banyak, Raja. Relasi bisnis saya ada di mana-mana. Bukannya sombong. Tapi usaha saya sudah ada di mana-mana. Jadi, walaupun kamu dan Ratu menjalin hubungan. Apa yang bisa kamu kasih ke anak saya?”

Suasana yang tadi mulai mencair seketika menjadi tegang kembali. Kaisar menarik sebatang rokok dari dalam kotaknya, lalu membakar ujung rokok tersebut.

“Untuk saat ini saya belum bisa memberikan apa-apa pada Ratu,Pak.”

“Usiamu berapa sekarang?”

“22 tahun pak.”

“Rencanamu setelah lulus kuliah apa?” tanya Kaisar to the point.

“Insyaallah saya akan kerja di Kalimantan,Pak. Di salah satu cabang WASKITA karya.”

“Oke, saya kasih kamu target. Lima atau enam tahun kedepan kamu belum bisa jadi apa-apa. Tinggalkan Ratu. Kamu siap,Raja?”

“Papi.. ih kok gitu?!” Mendengar target yang diberikan sang ayah tentu saja membuat Ratu mengajukan penolakan. Bagaimana jika dalam waktu lima tahun Raja belum menjadi seperti apa yang ayahnya minta?

“Ratu diam. Kali ini papi akan sedikit keras sama kamu.”

“Saya siap,Pak!”

“Mas?” Ratu terkaget dan memalingkan wajah ke arah Raja.

“Lima tahun ke depan yang terparkir di depan halaman rumah saya saat kamu menemui Ratu bukan lagi motor BEAT. Minimal Pajero. Paham?”

“Maksimalnya apa,Pak?” Raja bertanya iseng. Padahal di sampingnya Ratu sudah hampir stres karena target gila sang ayah kepada kekasihnya. Tak bisa dibayangkan jika dia dan Raja harus terpisah.

“Land Cruiser kalo kamu sanggup.”

“Baik, Pak. Saya akan berusaha,” timpal Raja dengan kepercayaan diri besar. Cintanya pada dek Ratu yang membuat dia percaya diri seperti ini. “Jadi, saya diizinkan untuk menjalin hubungan dengan Ratu,pak?”

“Silahkan. Tapi jika target kamu gagal. Tinggalkan Ratu. Saya tidak akan memberikan putri saya pada laki-laki melarat.”

Raja bukanlah seorang pria dengan keimanan yang sempurna. Bukan pula pria baik-baik yang bisa menahan diri dari godaan yang terus-menerus datang menghampirinya. Sekeras apapun dia ingin menolak. Ada kalanya Raja akan kalah dengan hawa nafsunya sendiri.

Mereka berada di villa milik keluarga Ratu. Pagi tadi mereka berangkat setelah kepulangan Ratu dari Bali. Raja baru saja selesai berkeliling villa. Saat ini dia berdiri di ambang pintu kamar menyaksikan sang kekasih yang sedang goleran sembari memainkan ponsel pintarnya. Tak menyadari kehadiran Raja sampai pria itu datang mendekati dan mengukungnya di atas kasur itu. Kedua tangannya berada di samping tubuh sang kekasih. Menekan spring bed tersebut sebagai penahan bobot tubuhnya agar tak menghimpit tubuh Ratu yang jauh lebih kecil darinya.

Dia pun bertanya dengan suara lembutnya. “Sedang apa,hm?”

Ratu pun menjawab seraya menurunkan benda persegi itu dari depan wajahnya. “Nungguin mas Raja.” Kemudian Raja mengambil alih ponsel Ratu. Melemparkan benda pipih itu jauh di atas kepala sang kekasih.

“Sayang,” bisik Raja dengan suara yang memberat. “Boleh mas cium sekarang?” Jemari panjang Raja bergerak membelai rahang kecil Ratu yang diam menatapnya dengan jantung berdebar. Tatapan itu terkunci hanya terus memandang Raja yang berada di atasnya.

“B-boleh mas …” sahut Ratu agak terbata.

Mendengar jawaban itu Raja pun tersenyum. Tangannya menyelinap di bawah tengkuk Ratu. Mencengkramnya, lalu pria itu menggapai bibir sang kekasih. Terasa lembut dan tercium aroma buah dari lipgloss yang digunakan sang kekasih. Ketika bibir mereka bertemu seperti potongan-potongan puzzle yang kembali menyatu.

Raja menciumnya dengan lembut. Bibir Raja bagaikan segalanya. Tanpa ada paksaan dan Ratu menyukainya. Perempuan itu memejamkan mata seraya kedua tangannya terkalung di leher Raja. Mencari pegangan ketika pria itu mengangkat tubuhnya hingga terduduk di atas kasur itu. Berhadapan dengan Raja yang duduk di antara kedua kakinya yang terbuka.

Saat ini bibir mereka masih menyatu. Lidah Raja berada di dalam mulut Ratu, dengan lembut membelai lidah perempuan itu. Jemari Raja yang semula berada di tengkuk Ratu kini mulai bergerak turun ke arah punggung hingga pinggang kecil sang kekasih. Mencengkramnya lembut yang berhasil membuat Ratu menggeram tertahan.

“M-mas!”

“Ya?”

Ratu melepaskan tautan bibir mereka secara sepihak. Dia membutuhkan waktu untuk mengisi oksigen kembali ke dalam paru-parunya. Telapak tangan yang lebih kecil itu bergerak menangkup wajah Raja yang memerah. Mereka bertatapan. Tatapan mereka seakan menghantarkan aliran listrik bertegangan tinggi ke dalam aliran darah mereka. Sehingga membuat kinerja detak jantung mereka berpacu semakin keras dan akhirnya mereka kembali berciuman. Tak lagi lembut. Ciuman sepasang kekasih itu lebih menuntut dari sebelumnya. Lebih dari sekedar amatir. Lidah Raja terus menerobos masuk ke dalam mulut Ratu, dengan lembut membelai benda lunak tak bertulang itu hingga menghasilkan erangan dari sang empunya.

Tangan pemuda itu tampaknya tak tinggal diam. Kaitan bra hitam yang berada di punggung Ratu pun berhasil dilepaskan tanpa sepengetahuan sang kekasih. Kembali Raja membaringkan Ratu di atas kasur tersebut. Dia memposisikan dirinya berada diantara kedua kaki Ratu yang terbuka. Masih menggunakan celana yang lengkap tapi pakaian atasnya telah tersingkap sedikit demi sedikit.

“Mas pegang aja,” ujar Ratu membawa tangan Raja untuk menyentuh dadanya dari balik t-shirt putih tersebut. Menuntun Raja untuk memberikan remasan lembut di sana. Di kedua dadanya yang bebas.

“Mas izin remas ya,dek,” ucap Raja malah semakin membuat libido Ratu bergejolak. Remasan demi remasan pun mulai terasa di salah satu dada Ratu. Matanya terpejam seraya mengulum bibirnya sendiri.

“Mas masukin ke dalam mulut pun aku nggak akan marah. Enak mas soalnya. Mas Raja nggak kasar mainnya.”

Namun Raja menggelengkan kepala dan berkata. “Mas pegang aja dulu. Takut ketagihan kalo nyusu sama kamu.”

“Mas?”

“Hm?” Raja berdehem.

“Kalo kita ngelakuinnya sekarang, sebelum nikah. Mas mau?”

“Dek, mas nggak ma—” Ucapan Raja lantas terpotong oleh ucapan Ratu sebelum dia menyelesaikan ucapannya.

“Biar mas Raja nggak tinggalin aku. Aku takut mas Raja pergi. Kalo mas Raja udah tidurin aku,tentu mas Raja bakal tanggung jawab. Aku sayang sama mas Raja. Aku beneran takut mas pergi sama perempuan lain.” Ratu pun lantas memeluk Raja dengan erat. Lengannya melingkar erat di tubuh yang lebih besar darinya itu.

“Mas nggak akan ninggalin kamu, sayang. Mas janji!”

“Mas sayang sama Ratu kan?”

“Mas sayang banget,” ucap Raja mutlak.

“Cium Ratu.”

Raja menunduk. Mencium bibir Ratu lagi. Sementara itu tangan Ratu mulai melepaskan kancing celana jeans yang digunakan oleh kekasihnya. Saat Raja lengah karena ciuman mereka. Ratu pun langsung menyelipkan tangannya masuk ke dalam celana dalam Raja dan akhirnya dia berhasil menyentuh benda yang selama ini membuatnya penasaran setengah mati.

“Dek, tangan kamu!” Panik Raja dengan kedua mata yang membola sempurna.

Ratu meneguk saliva dengan susah payah. Tangannya pun berhasil menggenggam benda pusaka milik sang kekasih. Jauh dari ekspektasinya. Dia pikir akan sama seperti dengan milik sang mantan kekasih.

“Mas, tututnya gede kalo lagi bangun.”

“Mending kamu lepas tanganmu sekarang sebelum mas khilaf.”

“Kejepit tangan Ratu di dalam celana,Mas.”

“Makanya jangan masukkan tanganmu ke dalam celana mas! Bandel!”

“Penasaran aku mas.”

Raja pun menghela nafas pasrah. Tak habis pikir dengan isi otak kotor kekasihnya. Sudah kepalang tanggung pikirnya. Akhirnya Raja pun benar-benar melepaskan celananya.

“Mas,ih!” Ratu memejamkan matanya.

“Katanya mau lihat. Ayo puasin kamu lihat.”

“N-nggak gitu maksudnya!”

“Buka matanya coba.”

“Nggak mau!”

“Kenapa?”

“Nanti aku pengen dimasukin. Dan mas pasti nggak akan mau.”

Raja menarik sudut bibirnya ke atas. Tersenyum miring melihat respon Ratu yang masih nano-nano.

“Kalo cuma digesek, tapi nggak dimasukin gimana?” bisik Raja seduktif.

Seketika bulu kuduk Ratu meremang saat Raja berbisik tepat ditelinganya. Nafas hangat pria itu sukses menggelitiknya. Pria itu sama saja berniat membunuh Ratu secara perlahan jika begini ceritanya.

Petting. Raja menawarkan diri untuk melakukan petting. Nakal juga pria bertopeng sholeh itu rupanya. Ratu baru tahu.

“Nggak puas cuma gesek mas. Aku blowjob aja gimana? Nanti gantian kamu yang itu—”

“Stop! jangan dilanjutkan. Bisa gila mas karena omonganmu,Ratu! Minta ampun mas!”

Raja bukanlah seorang pria dengan keimanan yang sempurna. Bukan pula pria baik-baik yang bisa menahan diri dari godaan yang terus-menerus datang menghampirinya. Sekeras apapun dia ingin menolak. Ada kalanya Raja akan kalah dengan hawa nafsunya sendiri.

Mereka berada di villa milik keluarga Ratu. Pagi tadi mereka berangkat setelah kepulangan Ratu dari Bali. Raja baru saja selesai berkeliling villa. Saat ini dia berdiri di ambang pintu kamar menyaksikan sang kekasih yang sedang goleran sembari memainkan ponsel pintarnya. Tak menyadari kehadiran Raja sampai pria itu datang mendekati dan mengukungnya di atas kasur itu. Kedua tangannya berada di samping tubuh sang kekasih. Menekan spring bed tersebut sebagai penahan bobot tubuhnya agar tak menghimpit tubuh Ratu yang jauh lebih kecil darinya.

Dia pun bertanya dengan suara lembutnya. “Sedang apa,hm?”

Ratu pun menjawab seraya menurunkan benda persegi itu dari depan wajahnya. “Nungguin mas Raja.” Kemudian Raja mengambil alih ponsel Ratu. Melemparkan benda pipih itu jauh di atas kepala sang kekasih.

“Sayang,” bisik Raja dengan suara yang memberat. “Boleh mas cium sekarang?” Jemari panjang Raja bergerak membelai rahang kecil Ratu yang diam menatapnya dengan jantung berdebar. Tatapan itu terkunci hanya terus memandang Raja yang berada di atasnya.

“B-boleh mas …” sahut Ratu agak terbata.

Mendengar jawaban itu Raja pun tersenyum. Tangannya menyelinap di bawah tengkuk Ratu. Mencengkramnya, lalu pria itu menggapai bibir sang kekasih. Terasa lembut dan tercium aroma buah dari lipgloss yang digunakan sang kekasih. Ketika bibir mereka bertemu seperti potongan-potongan puzzle yang kembali menyatu.

Raja menciumnya dengan lembut. Bibir Raja bagaikan segalanya. Tanpa ada paksaan dan Ratu menyukainya. Perempuan itu memejamkan mata seraya kedua tangannya terkalung di leher Raja. Mencari pegangan ketika pria itu mengangkat tubuhnya hingga terduduk di atas kasur itu. Berhadapan dengan Raja yang duduk di antara kedua kakinya yang terbuka.

Saat ini bibir mereka masih menyatu. Lidah Raja berada di dalam mulut Ratu, dengan lembut membelai lidah perempuan itu. Jemari Raja yang semula berada di tengkuk Ratu kini mulai bergerak turun ke arah punggung hingga pinggang kecil sang kekasih. Mencengkramnya lembut yang berhasil membuat Ratu menggeram tertahan.

“M-mas!”

“Ya?”

Ratu melepaskan tautan bibir mereka secara sepihak. Dia membutuhkan waktu untuk mengisi oksigen kembali ke dalam paru-parunya. Telapak tangan yang lebih kecil itu bergerak menangkup wajah Raja yang memerah. Mereka bertatapan. Tatapan mereka seakan menghantarkan aliran listrik bertegangan tinggi ke dalam aliran darah mereka. Sehingga membuat kinerja detak jantung mereka berpacu semakin keras dan akhirnya mereka kembali berciuman. Tak lagi lembut. Ciuman sepasang kekasih itu lebih menuntut dari sebelumnya. Lebih dari sekedar amatir. Lidah Raja terus menerobos masuk ke dalam mulut Ratu, dengan lembut membelai benda lunak tak bertulang itu hingga menghasilkan erangan dari sang empunya.

Tangan pemuda itu tampaknya tak tinggal diam. Kaitan bra hitam yang berada di punggung Ratu pun berhasil dilepaskan tanpa sepengetahuan sang kekasih. Kembali Raja membaringkan Ratu di atas kasur tersebut. Dia memposisikan dirinya berada diantara kedua kaki Ratu yang terbuka. Masih menggunakan celana yang lengkap tapi pakaian atasnya telah tersingkap sedikit demi sedikit.

“Mas pegang aja,” ujar Ratu membawa tangan Raja untuk menyentuh dadanya dari balik t-shirt putih tersebut. Menuntun Raja untuk memberikan remasan lembut di sana. Di kedua dadanya yang bebas.

“Mas izin remas ya,dek,” ucap Raja malah semakin membuat libido Ratu bergejolak. Remasan demi remasan pun mulai terasa di salah satu dada Ratu. Matanya terpejam seraya mengulum bibirnya sendiri.

“Mas masukin ke dalam mulut pun aku nggak akan marah. Enak mas soalnya. Mas Raja nggak kasar mainnya.”

Namun Raja menggelengkan kepala dan berkata. “Mas pegang aja dulu. Takut ketagihan kalo nyusu sama kamu.”

“Mas?”

“Hm?” Raja berdehem.

“Kalo kita ngelakuinnya sekarang, sebelum nikah. Mas mau?”

“Dek, mas nggak ma—” Ucapan Raja lantas terpotong oleh ucapan Ratu sebelum dia menyelesaikan ucapannya.

“Biar mas Raja nggak tinggalin aku. Aku takut mas Raja pergi. Kalo mas Raja udah tidurin aku,tentu mas Raja bakal tanggung jawab. Aku sayang sama mas Raja. Aku beneran takut mas pergi sama perempuan lain.” Ratu pun lantas memeluk Raja dengan erat. Lengannya melingkar erat di tubuh yang lebih besar darinya itu.

“Mas nggak akan ninggalin kamu, sayang. Mas janji!”

“Mas sayang sama Ratu kan?”

“Mas sayang banget,” ucap Raja mutlak.

“Cium Ratu.”

Raja menunduk. Mencium bibir Ratu lagi. Sementara itu tangan Ratu mulai melepaskan kancing celana jeans yang digunakan oleh kekasihnya. Saat Raja lengah karena ciuman mereka. Ratu pun langsung menyelipkan tangannya masuk ke dalam celana dalam Raja dan akhirnya dia berhasil menyentuh benda yang selama ini membuatnya penasaran setengah mati.

“Dek, tangan kamu!” Panik Raja dengan kedua mata yang membola sempurna.

Ratu meneguk saliva dengan susah payah. Tangannya pun berhasil menggenggam benda pusaka milik sang kekasih. Jauh dari ekspektasinya. Dia pikir akan sama seperti dengan milik sang mantan kekasih.

“Mas, tututnya gede kalo lagi bangun.”

“Mending kamu lepas tanganmu sekarang sebelum mas khilaf.”

“Kejepit tangan Ratu di dalam celana,Mas.”

“Makanya jangan masukkan tanganmu ke dalam celana mas! Bandel!”

“Penasaran aku mas.”

Raja pun menghela nafas pasrah. Tak habis pikir dengan isi otak kotor kekasihnya. Sudah kepalang tanggung pikirnya. Akhirnya Raja pun benar-benar melepaskan celananya.

“Mas,ih!” Ratu memejamkan matanya.

“Katanya mau lihat. Ayo puasin kamu lihat.”

“N-nggak gitu maksudnya!”

“Buka matanya coba.”

“Nggak mau!”

“Kenapa?”

“Nanti aku pengen dimasukin. Dan mas pasti nggak akan mau.”

Raja menarik sudut bibirnya ke atas. Tersenyum miring melihat respon Ratu yang masih nano-nano.

“Kalo cuma digesek, tapi nggak dimasukin gimana?” bisik Raja seduktif.

Seketika bulu kuduk Ratu meremang saat Raja berbisik tepat ditelinganya. Nafas hangat pria itu sukses menggelitiknya. Pria itu sama saja berniat membunuh Ratu secara perlahan jika begini ceritanya.

Petting. Raja menawarkan diri untuk melakukan petting. Nakal juga pria bertopeng sholeh itu rupanya. Ratu baru tahu.

“Nggak puas cuma gesek mas. Aku blowjob aja gimana? Nanti gantian kamu yang itu—”

“Stop! jangan dilanjutkan. Bisa gila mas karena omonganmu,Ratu! Minta ampun mas!”

#LAGI NAKAL

Raja bukanlah seorang pria dengan keimanan yang sempurna. Bukan pula pria baik-baik yang bisa menahan diri dari godaan yang terus-menerus datang menghampirinya. Sekeras apapun dia ingin menolak. Ada kalanya Raja akan kalah dengan hawa nafsunya sendiri.

Mereka berada di villa milik keluarga Ratu. Pagi tadi mereka berangkat setelah kepulangan Ratu dari Bali. Raja baru saja selesai berkeliling villa. Saat ini dia berdiri di ambang pintu kamar menyaksikan sang kekasih yang sedang goleran sembari memainkan ponsel pintarnya. Tak menyadari kehadiran Raja sampai pria itu datang mendekati dan mengukungnya di atas kasur itu. Kedua tangannya berada di samping tubuh sang kekasih. Menekan spring bed tersebut sebagai penahan bobot tubuhnya agar tak menghimpit tubuh Ratu yang jauh lebih kecil darinya.

Dia pun bertanya dengan suara lembutnya. “Sedang apa,hm?”

Ratu pun menjawab seraya menurunkan benda persegi itu dari depan wajahnya. “Nungguin mas Raja.” Kemudian Raja mengambil alih ponsel Ratu. Melemparkan benda pipih itu jauh di atas kepala sang kekasih.

“Sayang,” bisik Raja dengan suara yang memberat. “Boleh mas cium sekarang?” Jemari panjang Raja bergerak membelai rahang kecil Ratu yang diam menatapnya dengan jantung berdebar. Tatapan itu terkunci hanya terus memandang Raja yang berada di atasnya.

“B-boleh mas …” sahut Ratu agak terbata.

Mendengar jawaban itu Raja pun tersenyum. Tangannya menyelinap di bawah tengkuk Ratu. Mencengkramnya, lalu pria itu menggapai bibir sang kekasih. Terasa lembut dan tercium aroma buah dari lipgloss yang digunakan sang kekasih. Ketika bibir mereka bertemu seperti potongan-potongan puzzle yang kembali menyatu.

Raja menciumnya dengan lembut. Bibir Raja bagaikan segalanya. Tanpa ada paksaan dan Ratu menyukainya. Perempuan itu memejamkan mata seraya kedua tangannya terkalung di leher Raja. Mencari pegangan ketika pria itu mengangkat tubuhnya hingga terduduk di atas kasur itu. Berhadapan dengan Raja yang duduk di antara kedua kakinya yang terbuka.

Saat ini bibir mereka masih menyatu. Lidah Raja berada di dalam mulut Ratu, dengan lembut membelai lidah perempuan itu. Jemari Raja yang semula berada di tengkuk Ratu kini mulai bergerak turun ke arah punggung hingga pinggang kecil sang kekasih. Mencengkramnya lembut yang berhasil membuat Ratu menggeram tertahan.

“M-mas!”

“Ya?”

Ratu melepaskan tautan bibir mereka secara sepihak. Dia membutuhkan waktu untuk mengisi oksigen kembali ke dalam paru-parunya. Telapak tangan yang lebih kecil itu bergerak menangkup wajah Raja yang memerah. Mereka bertatapan. Tatapan mereka seakan menghantarkan aliran listrik bertegangan tinggi ke dalam aliran darah mereka. Sehingga membuat kinerja detak jantung mereka berpacu semakin keras dan akhirnya mereka kembali berciuman. Tak lagi lembut. Ciuman sepasang kekasih itu lebih menuntut dari sebelumnya. Lebih dari sekedar amatir. Lidah Raja terus menerobos masuk ke dalam mulut Ratu, dengan lembut membelai benda lunak tak bertulang itu hingga menghasilkan erangan dari sang empunya.

Tangan pemuda itu tampaknya tak tinggal diam. Kaitan bra hitam yang berada di punggung Ratu pun berhasil dilepaskan tanpa sepengetahuan sang kekasih. Kembali Raja membaringkan Ratu di atas kasur tersebut. Dia memposisikan dirinya berada diantara kedua kaki Ratu yang terbuka. Masih menggunakan celana yang lengkap tapi pakaian atasnya telah tersingkap sedikit demi sedikit.

“Mas pegang aja,” ujar Ratu membawa tangan Raja untuk menyentuh dadanya dari balik t-shirt putih tersebut. Menuntun Raja untuk memberikan remasan lembut di sana. Di kedua dadanya yang bebas.

“Mas izin remas ya,dek,” ucap Raja malah semakin membuat libido Ratu bergejolak. Remasan demi remasan pun mulai terasa di salah satu dada Ratu. Matanya terpejam seraya mengulum bibirnya sendiri.

“Mas masukin ke dalam mulut pun aku nggak akan marah. Enak mas soalnya. Mas Raja nggak kasar mainnya.”

Namun Raja menggelengkan kepala dan berkata. “Mas pegang aja dulu. Takut ketagihan kalo nyusu sama kamu.”

“Mas?”

“Hm?” Raja berdehem.

“Kalo kita ngelakuinnya sekarang, sebelum nikah. Mas mau?”

“Dek, mas nggak ma—” Ucapan Raja lantas terpotong oleh ucapan Ratu sebelum dia menyelesaikan ucapannya.

“Biar mas Raja nggak tinggalin aku. Aku takut mas Raja pergi. Kalo mas Raja udah tidurin aku,tentu mas Raja bakal tanggung jawab. Aku sayang sama mas Raja. Aku beneran takut mas pergi sama perempuan lain.” Ratu pun lantas memeluk Raja dengan erat. Lengannya melingkar erat di tubuh yang lebih besar darinya itu.

“Mas nggak akan ninggalin kamu, sayang. Mas janji!”

“Mas sayang sama Ratu kan?”

“Mas sayang banget,” ucap Raja mutlak.

“Cium Ratu.”

Raja menunduk. Mencium bibir Ratu lagi. Sementara itu tangan Ratu mulai melepaskan kancing celana jeans yang digunakan oleh kekasihnya. Saat Raja lengah karena ciuman mereka. Ratu pun langsung menyelipkan tangannya masuk ke dalam celana dalam Raja dan akhirnya dia berhasil menyentuh benda yang selama ini membuatnya penasaran setengah mati.

“Dek, tangan kamu!” Panik Raja dengan kedua mata yang membola sempurna.

Ratu meneguk saliva dengan susah payah. Tangannya pun berhasil menggenggam benda pusaka milik sang kekasih. Jauh dari ekspektasinya. Dia pikir akan sama seperti dengan milik sang mantan kekasih.

“Mas, tututnya gede kalo lagi bangun.”

“Mending kamu lepas tanganmu sekarang sebelum mas khilaf.”

“Kejepit tangan Ratu di dalam celana,Mas.”

“Makanya jangan masukkan tanganmu ke dalam celana mas! Bandel!”

“Penasaran aku mas.”

Raja pun menghela nafas pasrah. Tak habis pikir dengan isi otak kotor kekasihnya. Sudah kepalang tanggung pikirnya. Akhirnya Raja pun benar-benar melepaskan celananya.

“Mas,ih!” Ratu memejamkan matanya.

“Katanya mau lihat. Ayo puasin kamu lihat.”

“N-nggak gitu maksudnya!”

“Buka matanya coba.”

“Nggak mau!”

“Kenapa?”

“Nanti aku pengen dimasukin. Dan mas pasti nggak akan mau.”

Raja menarik sudut bibirnya ke atas. Tersenyum miring melihat respon Ratu yang masih nano-nano.

“Kalo cuma digesek, tapi nggak dimasukin gimana?” bisik Raja seduktif.

Seketika bulu kuduk Ratu meremang saat Raja berbisik tepat ditelinganya. Nafas hangat pria itu sukses menggelitiknya. Pria itu sama saja berniat membunuh Ratu secara perlahan jika begini ceritanya.

Petting. Raja menawarkan diri untuk melakukan petting. Nakal juga pria bertopeng sholeh itu rupanya. Ratu baru tahu.

“Nggak puas cuma gesek mas. Aku blowjob aja gimana? Nanti gantian kamu yang itu—”

“Stop! jangan dilanjutkan. Bisa gila mas karena omonganmu,Ratu! Minta ampun mas!”

Tidak ada pemandangan yang lebih indah yang pernah Ratu lihat selama dua puluh satu tahun dia hidup dan selama lima tahun lebih dia memiliki hubungan dengan beberapa pria. Satu pemuda ini bahkan bisa mengalahka pesona para pemuda yang pernah Ratu kenal.

Raja Arjuna Dirgantara. Ratu sadari jika nama Raja sekeren itu, cocok sekali dengan perawakan orangnya.

Kini ia sudah berada di kos-kosan Raja, di kamar pemuda itu. Duduk bersila selama lebih kurang lima belas menit di atas kasur Raja. Memperhatikan pria itu yang sedang dalam konsentrasi penuh menyelesaikan gambarnya. Lima ruas jari panjang tangan sebelah kirinya berada di atas keyboard. Menari menekan angka-angka dan huruf yang sama sekali tidak Ratu pahami. Sedang tangan sebelah kanan pria itu digunakan untuk menggenggam mouse. Rasanya Ratu betah jika harus menemani Raja mendesain setiap hari.

Setiap lima menit sekali Raja akan menoleh ke samping, tepat ke arahnya sambil mengangkat kedua alis hitamnya dan tersenyum kecil. Memastikan jika Ratu masih dalam keadaan mood yang bagus walaupun dia sedang asik bekerja.

Anjing, ganteng banget! Ratu membatin dalam diam. Kedua bola matanya tak pernah lepas, bahkan enggan berpindah dari sosok pemuda itu. Dia terjatuh dalam pesona Raja untuk kesekian kalinya.

“Maaf ya mbak sebelumnya, saya harus selesaikan gambar kerja ini segera karena udah mepet banget sama deadline yang disepakati di awal,” aku Raja tidak enak hati karena Ratu sudah datang jauh ke tempatnya. Tapi malah dia abaikan seperti ini.

Takut Ratu kecewa. Tapi ternyata perempuan berparas cantik itu menjawab dengan suara lembutnya dan senyuman yang khas membuat Raja ingin meleleh. “Nggak papa,mas. Aku suka kok lihat mas Raja lagi kerja gini. Seru aja nemenin cowok kerja, udah lama pengen seperti ini.”

Raja pun memutar kursinya ke arah Ratu yang duduk di pinggir kasur. Seketika jantung perempuan itu berdebar tak karuan saat Raja memajukan kursi yang diduduki tepat ke depannya. Ditambah tatapan intens pria itu padanya.

“Kelamaan ya kalo saya tunggu enam hari lagi untuk dapat jawaban dari mbak Ratu.” Raja berkata sambil terkekeh kecil.

“Nggak lama sebenarnya kalo mas Raja sibuk kayak gini. Nggak akan terasa nunggu, tau-tau udah enam hari aja.”

Raja menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya dengan pelan. “Mas udah sayang sama Ratu. Udah jadi penyemangat buat mas sekarang. Kira-kira mas ditolak atau diterima ya?”

Nafas Ratu terasa kian menipis. Kamar Raja pun terasa semakin panas menurutnya. Kipas angin yang menyala pun tak lagi berfungsi kelihatannya.

“Kalo misalnya ditolak gimana mas?”

“Saya mundur mbak. Saya juga bakal berhenti jadi supir mbak.”

“Dan kalo diterima?”

“Saya nggak akan menyia-nyiakan mbak Ratu. Sebisa mungkin saya bakal bahagiain mbak Ratu dengan cara saya dan kemampuan saya saat ini.”

“Tapi saya udah nggak per—”

“Saya terima. Keperawanan bukan tolak ukur saya buat menyukai seseorang. Kalo saya sudah cinta, saya nggak peduli apa-apa lagi. Saya pengen serius sama mbak. Saya berharap ini kali terakhir saya untuk nembak perempuan.” Raja mengungkapkan dengan mimik wajah serius. Memegang satu tangan Ratu dan menggenggamnya.

“Saya maunya mbak Ratu. Nggak peduli saya bakal dibilang cowok yang nggak tahu diri. Saya kalau sudah sayang dan cinta, bakal terus saya perjuangin mbak. Walaupun nanti saya harus mendapatkan cacian dan hinaan dari keluarga mbak Ratu. Saya siap. Saya akan berjuang lebih keras. Saya yakin di depan sana kesuksesan saya sedang menunggu. Dan saya membutuhkan seseorang untuk menemani saya mencapai itu, selain keluarga saya.”

Tatapan mereka saling bertemu. Sejak tadi Ratu mencoba untuk mencari kebohongan dari ucapan Raja melalui tatapan matanya. Hatinya kian tergelitik. Perutnya bagaikan tengah diterbangi oleh ribuan kupu-kupu.

“Ratu, saya suka dengan kamu. Saya sayang dan saya mau kamu jadi milik saya. Kamu mau terima saya?”

Tak lagi membutuhkan waktu yang lama untuk menjawab. Dengan satu anggukan singkat Raja sudah berhasil mendapatkan jawaban apa yang dia mau dan ditunggu selama delapan hari ini.

“Aku mau mas. Aku mau jadi pacar mas Raja.”

Sementara itu dari dinding kamar sebelah Ansel dan Cakra sibuk menempelkan telinga untuk menguping apa yang terjadi dari dalam kamar temannya yang tertutup rapat. Masih ada waktu setengah jam sampai jam malam kost Rajawali berakhir. Dengan waktu selama itu rasanya masih sempat bagi Raja dan Ratu untuk melakukan apa yang ada difikan dua jantan kepo yang sedang menguping.

“Cel, lo ada denger sesuatu nggak?”

“Demi apapun si Raja main cantik,anjing. Gue nggak denger apapun.”

“Mulut mbak Ratu disumpel kain kali,ya,” ujar Cakra sok tahu.

“Dobrak aja gimana?”

“Yeee jangan goblok! Lo mah ganggu kesenangan temen aja,Cel. Mana tau Raja udah mau nyampe puncak. Tapi gara-gara lo dobrak belut listriknya jadi loyo. Kan kasian ceweknya.”

“Anjrit si Raja bikin gue penasaran.”


Di atas kasur single milik Raja perempuan itu berbaring. Beralaskan bantal kesayangan Raja di bawah kepalanya.

Saat ini Ratu sedang menunggu jemputan karena jam malam kost kekasihnya akan segera berakhir.

Mereka sudah resmi memiliki hubungan saat ini. Raja dan Ratu sudah menjadi sepasang kekasih setelah beberapa menit yang lalu dia kembali menyatakan perasaan dan berakhir diterima oleh Ratu.

“Kamu nanti hati-hati ya pulangnya,” kata Raja menghentikan kegiatannya sebentar saat merasakan atensi seseorang mendekatinya.

Di belakang kursinya ternyata sudah berdiri Ratu yang menyentuh pundaknya dan memberikan pijatan lembut berulang kali.

“Iya mas.” Ratu menjawab. Raja mendongakkan kepala. Kemudian Raja membeku karena ulah Ratu yang menyentuh kedua pipinya, lalu mencium bibirnya secara cepat tanpa perempuan itu mengatakan apapun sebelumnya. “Aku sudah pernah bilang kan kalo aku suka ciuman. Jadi nanti mas Raja jangan kaget kalo aku sering nyosor mas duluan. Love language aku physical touch ngomong-omong.” Ratu tersenyum. Mengusap bibir Raja yang terkena bekas merah lipstiknya.

“Kalo saya yang nyosor duluan gimana?”

“Ya, aku suka mas.”

“Yaudah sini…” tantang Raja ingin menarik Ratu.

Ratu menggeleng sambil tertawa. “Supir papi udah dateng. Jam malam juga udah habis. Nanti ketahuan ibu kost, kita malah digrebek warga.”

“Bilang aja kita udah nikah siri.”

“Ngawur!” Ratu menyentil pucuk hidung bangir Raja. “Anterin sampai ke depan pagar yuk.”

“Yaudah ayuk. Kasihan nanti pak Ujang nungguin lama.” Ratu mengangguk lagi. Raja mengambil cardigan dan tas Ratu di atas kasurnya. Membantu sang kekasih untuk membawanya.

Saat pintu kamar Raja terbuka. Cakra dan Ansel yang menguping di kamar sebelah pun bergegas ikut keluar dari dalam kamar. Berdiri diambang pintu dengan ekspresi wajah menggoda Raja.

“Udah mau pulang ya mbak?” tanya Cakra menyapa Ratu.

“Iya mas, udah dijemput sama supir saya dibawah.”

“Bisa jalankan mbak?” tanya Ansel rada ambigu.

“Bisa lah mas.”

“Kalo gitu sering-sering main ke sini ya mbak,” ujar Ansel lagi.

“Iya kalo dikasih izin sama mas Raja.”

“Pasti dikasih izinlah. Ya kan,Ja?” timpal Cakra.

“Udah… udah. Mbak Ratu mau pulang udah malem!”

“Dih, posesif banget kadal!” celetuk Ansel. “Mbak Ratu aja seneng ngobrol bareng kita. Makanya jangan dikunciin mbaknya di kamar lo berjam-jam.”

“Berisik anj—” Raja menoleh sekilas ke arah Ratu. Mendorong kening Ansel dan Cakra bergantian sebelum kembali berjalan. “Mulut lo berdua lemes.”

Reflek Cakra dan Ansel tertawa terpingkal-pingkal setelah berhasil menggoda Raja.

“Lo liat bibir Raja masih merah bekas lipstik?” tanya Cakra.

“Abis cipokan si anjing ternyata. pantes nggak bunyi kasurnya.”

“Masih main aman doi.”

“Ya wajar. Kan kunjungan pertama.”

“Kalo kunjungan kedua kira-kira apa,Cel?”

“Ya remes sama colok lah. Itu aja lo pake nanya. Kunjungan ketiga baru ditrabas sama si Raja. Yakin gue sejak tadi dia nahan sange. paling ntar ajak nobar.”

“Nobar apaan?”

“Jejak si otong.”

Cakra pun langsung tertawa keras sampai terbatuk-batuk.