#LAGI NAKAL

Raja bukanlah seorang pria dengan keimanan yang sempurna. Bukan pula pria baik-baik yang bisa menahan diri dari godaan yang terus-menerus datang menghampirinya. Sekeras apapun dia ingin menolak. Ada kalanya Raja akan kalah dengan hawa nafsunya sendiri.

Mereka berada di villa milik keluarga Ratu. Pagi tadi mereka berangkat setelah kepulangan Ratu dari Bali. Raja baru saja selesai berkeliling villa. Saat ini dia berdiri di ambang pintu kamar menyaksikan sang kekasih yang sedang goleran sembari memainkan ponsel pintarnya. Tak menyadari kehadiran Raja sampai pria itu datang mendekati dan mengukungnya di atas kasur itu. Kedua tangannya berada di samping tubuh sang kekasih. Menekan spring bed tersebut sebagai penahan bobot tubuhnya agar tak menghimpit tubuh Ratu yang jauh lebih kecil darinya.

Dia pun bertanya dengan suara lembutnya. “Sedang apa,hm?”

Ratu pun menjawab seraya menurunkan benda persegi itu dari depan wajahnya. “Nungguin mas Raja.” Kemudian Raja mengambil alih ponsel Ratu. Melemparkan benda pipih itu jauh di atas kepala sang kekasih.

“Sayang,” bisik Raja dengan suara yang memberat. “Boleh mas cium sekarang?” Jemari panjang Raja bergerak membelai rahang kecil Ratu yang diam menatapnya dengan jantung berdebar. Tatapan itu terkunci hanya terus memandang Raja yang berada di atasnya.

“B-boleh mas …” sahut Ratu agak terbata.

Mendengar jawaban itu Raja pun tersenyum. Tangannya menyelinap di bawah tengkuk Ratu. Mencengkramnya, lalu pria itu menggapai bibir sang kekasih. Terasa lembut dan tercium aroma buah dari lipgloss yang digunakan sang kekasih. Ketika bibir mereka bertemu seperti potongan-potongan puzzle yang kembali menyatu.

Raja menciumnya dengan lembut. Bibir Raja bagaikan segalanya. Tanpa ada paksaan dan Ratu menyukainya. Perempuan itu memejamkan mata seraya kedua tangannya terkalung di leher Raja. Mencari pegangan ketika pria itu mengangkat tubuhnya hingga terduduk di atas kasur itu. Berhadapan dengan Raja yang duduk di antara kedua kakinya yang terbuka.

Saat ini bibir mereka masih menyatu. Lidah Raja berada di dalam mulut Ratu, dengan lembut membelai lidah perempuan itu. Jemari Raja yang semula berada di tengkuk Ratu kini mulai bergerak turun ke arah punggung hingga pinggang kecil sang kekasih. Mencengkramnya lembut yang berhasil membuat Ratu menggeram tertahan.

“M-mas!”

“Ya?”

Ratu melepaskan tautan bibir mereka secara sepihak. Dia membutuhkan waktu untuk mengisi oksigen kembali ke dalam paru-parunya. Telapak tangan yang lebih kecil itu bergerak menangkup wajah Raja yang memerah. Mereka bertatapan. Tatapan mereka seakan menghantarkan aliran listrik bertegangan tinggi ke dalam aliran darah mereka. Sehingga membuat kinerja detak jantung mereka berpacu semakin keras dan akhirnya mereka kembali berciuman. Tak lagi lembut. Ciuman sepasang kekasih itu lebih menuntut dari sebelumnya. Lebih dari sekedar amatir. Lidah Raja terus menerobos masuk ke dalam mulut Ratu, dengan lembut membelai benda lunak tak bertulang itu hingga menghasilkan erangan dari sang empunya.

Tangan pemuda itu tampaknya tak tinggal diam. Kaitan bra hitam yang berada di punggung Ratu pun berhasil dilepaskan tanpa sepengetahuan sang kekasih. Kembali Raja membaringkan Ratu di atas kasur tersebut. Dia memposisikan dirinya berada diantara kedua kaki Ratu yang terbuka. Masih menggunakan celana yang lengkap tapi pakaian atasnya telah tersingkap sedikit demi sedikit.

“Mas pegang aja,” ujar Ratu membawa tangan Raja untuk menyentuh dadanya dari balik t-shirt putih tersebut. Menuntun Raja untuk memberikan remasan lembut di sana. Di kedua dadanya yang bebas.

“Mas izin remas ya,dek,” ucap Raja malah semakin membuat libido Ratu bergejolak. Remasan demi remasan pun mulai terasa di salah satu dada Ratu. Matanya terpejam seraya mengulum bibirnya sendiri.

“Mas masukin ke dalam mulut pun aku nggak akan marah. Enak mas soalnya. Mas Raja nggak kasar mainnya.”

Namun Raja menggelengkan kepala dan berkata. “Mas pegang aja dulu. Takut ketagihan kalo nyusu sama kamu.”

“Mas?”

“Hm?” Raja berdehem.

“Kalo kita ngelakuinnya sekarang, sebelum nikah. Mas mau?”

“Dek, mas nggak ma—” Ucapan Raja lantas terpotong oleh ucapan Ratu sebelum dia menyelesaikan ucapannya.

“Biar mas Raja nggak tinggalin aku. Aku takut mas Raja pergi. Kalo mas Raja udah tidurin aku,tentu mas Raja bakal tanggung jawab. Aku sayang sama mas Raja. Aku beneran takut mas pergi sama perempuan lain.” Ratu pun lantas memeluk Raja dengan erat. Lengannya melingkar erat di tubuh yang lebih besar darinya itu.

“Mas nggak akan ninggalin kamu, sayang. Mas janji!”

“Mas sayang sama Ratu kan?”

“Mas sayang banget,” ucap Raja mutlak.

“Cium Ratu.”

Raja menunduk. Mencium bibir Ratu lagi. Sementara itu tangan Ratu mulai melepaskan kancing celana jeans yang digunakan oleh kekasihnya. Saat Raja lengah karena ciuman mereka. Ratu pun langsung menyelipkan tangannya masuk ke dalam celana dalam Raja dan akhirnya dia berhasil menyentuh benda yang selama ini membuatnya penasaran setengah mati.

“Dek, tangan kamu!” Panik Raja dengan kedua mata yang membola sempurna.

Ratu meneguk saliva dengan susah payah. Tangannya pun berhasil menggenggam benda pusaka milik sang kekasih. Jauh dari ekspektasinya. Dia pikir akan sama seperti dengan milik sang mantan kekasih.

“Mas, tututnya gede kalo lagi bangun.”

“Mending kamu lepas tanganmu sekarang sebelum mas khilaf.”

“Kejepit tangan Ratu di dalam celana,Mas.”

“Makanya jangan masukkan tanganmu ke dalam celana mas! Bandel!”

“Penasaran aku mas.”

Raja pun menghela nafas pasrah. Tak habis pikir dengan isi otak kotor kekasihnya. Sudah kepalang tanggung pikirnya. Akhirnya Raja pun benar-benar melepaskan celananya.

“Mas,ih!” Ratu memejamkan matanya.

“Katanya mau lihat. Ayo puasin kamu lihat.”

“N-nggak gitu maksudnya!”

“Buka matanya coba.”

“Nggak mau!”

“Kenapa?”

“Nanti aku pengen dimasukin. Dan mas pasti nggak akan mau.”

Raja menarik sudut bibirnya ke atas. Tersenyum miring melihat respon Ratu yang masih nano-nano.

“Kalo cuma digesek, tapi nggak dimasukin gimana?” bisik Raja seduktif.

Seketika bulu kuduk Ratu meremang saat Raja berbisik tepat ditelinganya. Nafas hangat pria itu sukses menggelitiknya. Pria itu sama saja berniat membunuh Ratu secara perlahan jika begini ceritanya.

Petting. Raja menawarkan diri untuk melakukan petting. Nakal juga pria bertopeng sholeh itu rupanya. Ratu baru tahu.

“Nggak puas cuma gesek mas. Aku blowjob aja gimana? Nanti gantian kamu yang itu—”

“Stop! jangan dilanjutkan. Bisa gila mas karena omonganmu,Ratu! Minta ampun mas!”