Gue anak orang kaya!

Ratu dan papi Kaisar baru saja tiba di pelataran parkir restoran padang pagi sore. Kebetulan keduanya memiliki janji di tempat tersebut. Ratu yang ingin menghampiri Raja dan Kaisar yang ingin bertemu dengan seseorang.

Ratu turun dari mobilnya. Sebelum itu dia sudah membawa dua buah paper bag berisi hadiah untuk Raja dan Bagas adiknya yang baru lulus di penerimaan mahasiswa baru. Jam rolex untuk Raja dan sepatu Balenciaga untuk Bagas. Memang Ratu sudah menyiapkannya dari jauh hari.

“Pi, masih cantik kakak?” tanyanya pada sang ayah yang baru turun dari mobil.

“Masih,Kak. Dari tadi kamu tanya itu terus.”

“Cantikan mana sama Renata Dewi Wulandari?”

“Dewi lah.”

“Cih,bucin.”

Kaisar baru saja menerima telepon. Dan Ratu baru saja menerima pesan dari Raja. Mereka berdua pun masuk ke dalam restoran sambil berjalan beriringan. Ratu menggandeng lengan ayahnya saat berjalan ke dalam. Kedua matanya bergerak mencari posisi keberadaan Raja saat ini.

“Assalamu'alaikum Pak Kaisar,” sambut seorang pria berpakaian batik yang langsung datang menghampiri mereka. Dan agaknya Ratu tak asing dengan wajah pria itu.

“Waalaikumsalam Pak Surya. Sudah lama? Saya benar-benar baru mendarat, belum sempat ke rumah dan langsung ke sini.”

“Oalah, nggak apa-apa,Pak. Mari, saya sudah pesan meja untuk kita. Cuma datang berdua?”

Kaisar menganggukkan kepala. “Iya. Cuma sama anak saya. Istri saya baru melahirkan jadi susah pergi kemana-mana.”

Selama ayahnya berbicara dengan pria tambun berbaju batik itu sambil berjalan menuju meja yang disebutkan. Ratu pun sejak tadi mencoba mengingat siapa gerangan pria dengan wajah tak asing oleh matanya ini. Rasanya dia seperti mengenal pria itu. Akan tetapi lupa pernah melihat di mana.

Sampai pada akhirnya langkah mereka terhenti di sebuah meja makan panjang yang sudah diduduki oleh beberapa orang.

“Kebetulan keluarga saya datang untuk menghadiri acara wisuda calon men—” Ucapan Pak Surya langsung terpotong karena Kaisar melihat seseorang yang dikenalnya. Sudah lama tidak bertemu pula.

“Assalamualaikum Mbak Anggi. Masih ingat saya?”

“Waalaikumsalam, Kaisar bukan?” Anggi berdiri dari duduknya. Bersalaman dengan Kaisar yang menyodorkan tangannya lebih dulu.

“Iya mbak Anggi. Maaf mbak waktu mas Ibnu meninggal saya tidak bisa datang ke Solo. Kebetulan saya sedang ada agenda di Singapura,” jelas Kaisar.

“Ya ampun nggak apa-apa, Mas Kaisar.”

“Tapi putri saya bilang kemarin dia sempat ke Solo bertemu Raja. Raja pernah bekerja dengan saya beberapa bulan kemarin.”

Dahi Pak Surya dan istri tampak berkerut bingung dengan interaksi dua orang itu. Sehingga dia pun mulai merasa penasaran dan memutuskan untuk bertanya.

“Pak Kaisar dan Anggi saling kenal kah?”

“Mbak Anggi ini istri teman saya waktu di tanah abang. Sekarang anaknya si Raja pacaran sama anak saya. Sangat kebetulan sekali bertemu mbak Anggi di sini.”

“Oalah sudah lama saling kenal ternyata.”

Pasangan suami dan istri dari Solo itu terkejut bukan main. Tidak menyangka jika Kaisar, orang yang akan membeli tanahnya untuk pembangunan hotel adalah calon besan dari keluarga Raja juga. Seketika itu pula dia sungkan untuk memperkenalkan Raja dengan embel-embel calon menantu pada Kaisar. Padahal tadi Surya berencana ingin membantu Raja untuk bekerja di perusahaan konglomerat itu.

“Ngomong-ngomong selamat ya Raja. Tadi Ratu bilang kamu jadi lulusan terbaik. Mantap! Semoga sukses.” Kaisar menepuk pundak Raja.

“Terima kasih, Pak Kaisar.”

Seketika itu juga Ratu langsung merasa pongah. Sengaja menyibakkan rambutnya dan menatap mencemooh Deska yang sejak tadi hanya diam memperhatikan interaksi ayahnya dengan ibu Raja.

Ratu merasa menang.

Berkat ayahnya, dia tak perlu repot-repot kerasukan reog hanya untuk memperjelas hubungannya dengan Raja di hadapan semua orang. Sampai-sampai ibu Raja pun ikut bungkam dan hanya tersenyum kecil padanya tadi.

“Kalau begitu siang ini saya yang traktir. Silahkan dinikmati masakan khas padang di sini. Hitung-hitung untuk menyambut calon besan dari Solo. Mbak Anggi, saya suka dengan Raja. Baik anaknya, cerdas dan sopan.”

Mendengar perkataan sang ayah. Benar-benar membuat Ratu ingin salto di depan muka masam Deska. Hari ini dia tak perlu mengeluarkan tenaga ekstra untuk bersaing.

Apalagi melihat ibu raja yang tak sanggup bersuara seperti ketikannya yang sadis saat mengirimkan pesan padanya. HAHA!

“Mas Raja selamat,ya. Maaf cuma bisa ngasih hadiah jam tangan.”

Ratu semakin puas saat melihat wajah shock Deska dan kedua orang tuanya ketika melihat hadiah jam rolex yang dia berikan pada Raja. Ratu tak main-main dalam menyombongkan harta orang tuanya untuk memukul telak Deska dan keluarga. Tak perlu membalas dengan menceritakan buruknya lawan. Dengan melakukan hal seperti ini saja sudah jelas membuat lawan tumbang.

“Mas, ini jam tangan 1M tahu,” celetuk Bagas dengan mulutnya yang menganga lebar.

“Dan ini buat Bagas. Hadiah dari mbak Ratu karena Bagas lulus masuk universitas. Semangat kuliahnya ya,dek.” Ratu memberikan paper bag tersebut pada Bagas yang menerimanya dengan senang hati. Wajahnya terlihat berseri-seri mendapatkan hadiah yang luar biasa dari pacar kakaknya.

“Makasih banyak ya mbak Ratu.”

“Suka?”

“Suka banget.”

Mereka semua sudah duduk di kursi masing-masing. Para orang tua duduk saling berdekatan. Kaisar dan Surya bahkan sudah mulai membahas kerjaan mereka sembari para pelayan restoran menyiapkan hidangan.

Ratu memutuskan duduk di samping Raja. Pria itu pun sengaja langsung menarik Ratu untuk bersama dengannya. Tak memperdulikan Deska yang duduk bersebrangan dengan mereka. Keduanya malah asik sendiri. Melepas Rindu selama beberapa waktu belakangan ini.

“Mas boleh cium?” bisik Raja tepat di telinga Ratu ketika perempuan itu membantu Raja memasangkan jam tangannya.

“Sabar kenapa mas, ish!”

“Keluar bentar yuk,dek. Basahin bibir dulu. Kering nih,” ucap Raja menggoda Ratu yang tersipu malu. “Cantik sekali pacar mas pake dress merah muda begini. Jadi makin sayang nih jadinya.”

“Udah sarjana malah makin jago ngegombal!” Ratu geram dan malah mencubit pinggang Raja sampai membuat Raja meringis.

Di saat sedang asiknya mereka berdua. Tiba-tiba saja ibu Raja mendekat. Duduk di kursi kosong samping kiri Ratu dan tersenyum teduh.

“Nak Ratu maafin ibu ya. Maaf telah menilai buruk kamu saat itu. Ibu menyesal sudah membuat kamu sakit hati. Mau kan maafin ibu?”

“Ratu udah maafin ibu kok.”

[]