Demi Mbak Ratu
“Halo mas Raja. Mau jemput mbak Ratu,ya?” tanya pak Deden, satpam di rumah mewah Ratu. Menyambut Raja dengan senyum lebar sembari membuka pintu pagar kecil yang hanya bisa dilewati satu honda.
Baru saja tiba. Raja turun dari motor sembari melepas helm di atas kepalanya. Menyibak rambut hitam legam yang menutupi keningnya ke belakang.
“Halo pak Deden. Mbak Ratu ada di dalam kan?” Raja menyapa balik dengan keramahan seperti biasa.
“Ada kok. Mau berangkat ke kampus,ya?”
“Iya,Pak.”
“Kalo gitu langsung masukin aja motor mas Raja ke dalam garasi.”
“Gak perlu,Pak. Mbak Ratu pengen naik motor hari ini. Bosen naik mobil mewah katanya.”
“Oalah, yaudah kalo gitu hati-hati yo mas. Jangan sampe lecet anak bungsu si papi,” kata pak Deden sambil tertawa kecil.
Tak berselang lama Ratu pun datang. Menyandang tas di punggungnya. Sudah rapi dengan stelan kemeja yang dimasukkan sebagian dipadukan celana Jeans hitam dan sepatu berwarna putih.
Saat Ratu berjalan ke arah Raja, pria itu terdiam, berdiri mematung hanya fokus menatap satu titik, Ratu. Belum lagi hidungnya yang kembang kempis menghirup aroma parfum Ratu yang menyegarkan. Sangat feminim, menggambarkan kepribadian seorang Ratu sekali di mata Raja.
“Mas Raja udah lama nunggu?” tanyanya selalu sopan.
“Belum kok,mbak. Baru aja tiba.”
“Berangkat sekarang?”
“Ayo, kalo mbak Ratu udah siap.”
Di perjalanan pulang dari kampus Ratu terlihat sangat menikmati kegiatan motorannya bersama Raja. Di tangannya memegang setangkai gulali yang tadi dia beli di depan kampus.
Raja dapat melihat dengan jelas wajah riang Ratu dari spion motor beat nya. Dia tebak jika hal seperti ini baru pertama kali Ratu lakukan.
“Mbak suka motoran?” Raja bertanya dengan suara keras. Sesekali menoleh ke belakang melihat Ratu yang menganggukkan kepala.
“Suka,Mas. Saya udah lama gak motoran semenjak kakak saya kuliah di Bandung,” kata Ratu menjawab dengan suara tak kalah keras. “Biasanya sama kakak saya suka diajakin motoran kalo lagi libur atau cari cemilan malam-malam.”
“Oh,gitu. Besok-besok mau naik motor lagi gak,mbak?”
“Mau. Boleh kalo mas Raja gak keberatan.”
“Yaudah, entar kapan-kapan kita pergi ke kampus naik motor lagi ya,mbak.”
“Iya,mas.”
Ratu melanjutkan kegiatan memakan gulalinya di atas motor, di bonceng sang supir. Tangan kanannya meremas jaket denim di bagian pinggang Raja, menjadikannya sebagai tempat bergantung agar tidak jatuh, tertinggal di jalan raya. Sedang tangan kirinya memegang tangkai gulali yang masih cukup besar.
Tanpa disadari bibir Raja tertarik kedua sudutnya ke atas menunjukkan kurva senyum manis, mencuri pandang ke arah belakang melalui kaca spion. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali.
Ibarat Ratu adalah kutub utara sebuah magnet. Sedangkan Raja adalah kutub selatan sebuah magnet. Sehingga keadaan mereka sekarang ini terlihat seperti sedang tarik menarik. Raja memandang Ratu diam-diam. Begitupun Ratu melakukan hal sama tanpa sepengetahuan Raja yang fokus membawa motor.
Saat di persimpangan jalan menuju ke rumah Ratu. Tiba-tiba saja satu buah mobil pajero putih menyenggol mereka. Mengakibatkan kedua orang yang di atas motor tersebut jatuh tersungkur di atas aspal.
Raja masih bisa menahan tubuhnya dan motor beat merahnya. Sementara Ratu yang tidak mengetahui akan terjadi hal itu pun langsung terjatuh. Menyebabkan gulalinya terjatuh dan lututnya berdarah akibat bergesekan dengan aspal.
“Mbak!” Panggil Raja panik, berlari mendekati Ratu yang meringis mengeluarkan tisu dari dalam tas untuk menutupi lukanya yang berdarah segar.
“Mas Raja nggak apa-apa?” tanyanya.
“Saya nggak apa-apa. Malah mbak yang jadi luka-luka kaya gini. Kalo bapak tahu mbak Ratu jatuh dari motor, saya bisa dipecat ini.” Kata Raja cemas membantu Ratu untuk berdiri.
Disekitar mereka sudah ramai oleh pengendara lainnya. Mobil pajero yang menyenggol mereka masih terparkir di sana, tak jauh dari motor Raja.
“Nggak apa, nanti diobati di rumah.”
Raja memapah Ratu ke pinggiran trotoar. Mendudukkan sang majikan terlebih dahulu sebelum bertemu dengan si pengemudi pajero sialan yang menyenggol mereka.
“Turun anjing!” Teriak Raja memukul keras kaca depan mobil pajero dengan helmnya. Meminta pada si pengemudi untuk turun bertemu dengan dirinya.
Dalam keadaan emosi Raja terus memukul kaca mobil pajero tersebut sampai akhirnya seorang pemuda turun dengan santainya. Menatap Raja sebentar, kemudian berjalan memutar ke belakang mobil untuk menghampiri Ratu yang sedang meniup-niup luka dilutunya.
“Pulang sama aku!” Kata pemuda yang turun dari pajero tadi menarik lengan Ratu dengan keras hingga perempuan itu berdiri dan meringis.
“Aw! Apa-apaan sih lo! Lo mau bikin gue mati?” Bentak Ratu setelah mengetahui siapa oknum yang melakukan penyenggolan pada motor Raja.
Krisna, mantan kekasih gilanya.
“Pulang sama aku!” Kata Krisna menarik Ratu ke arah mobilnya. Mengabaikan penolakan yang dilakukan oleh perempuan itu.
“Woi, santi bro!” Cegat Raja menahan lengan Krisna yang mencengkram pergelangan tangan Ratu.
“Lo lagi!” seru Krisna mengangkat dagu angkuh seakan menantang Raja.
“Lepasin tangan lo,bro. Kasian. Nggak malu lo diliat banyak orang waktu kasarin cewe?”
“Jangan ikut campur anjing! Dia cewe gue. Minggir lo!” Krisna mendorong Raja membuat pemuda itu mundur beberapa langkah.
“Nggak, gue bukan cewe lo lagi bangsat!” Tolak Ratu mentah-mentah. “Mas, tolongin.”
Melihat Ratu memohon seperti itu tentu saja Raja tidak akan membiarkan Krisna pergi membawa majikannya.
Bagaimana pun Ratu adalah tanggung jawabnya. Tidak mungkin dia membiarkan Ratu dibawa pergi oleh Krisna.
“Cewe lo nggak mau dibawa pergi,” ucap Raja mencoba untuk menurunkan emosinya. “Jangan paksa dia. Selesaikan baik-baik kalo memang kalian ada masalah. Apalagi kejadian tadi bisa bahaya banget,tolol!”
“Udah gue bilang bukan urusan lo,Anjing!”
bugh!
“Krisna lo gila?!” pekik Ratu tidak percaya.
Krisna ternyata mulai memukul Raja lebih dulu. Membuat sudut bibir Raja terluka. Tidak ada yang membantu. Orang-orang yang ada disekitar kejadian hanya memperhatikan kedua pemuda yang terlihat akan baku hantam menunjukkan kehebatan mereka.
bugh! Raja tidak tinggal diam. Emosinya sudah naik ke atas kepala. Ditariknya kerah baju Krisna yang tersungkur karena satu bogem mentahnya. Kemudian Raja kembali memukul wajah tampan kekasih sang majikan.
“Cowo bangsat lo!” Maki Raja menduduki perut Krisna dan memukul wajah pemuda itu berulang kali. “Anjing! mati lo anjing!”
“Mas Raja stop!” Ratu mencoba melerai. Tapi gagal. Raja seperti orang kesetanan memukuli Krisna yang babak belur. Tak sanggup melawan Raja yang tenaganya jauh lebih kuat.
Melihat kondisi yang semakin mencekam. Akhirnya beberapa orang pun membantu Ratu untuk melerai Raja dan Krisna. Dua orang pengendara gojek membantu memegang Krisna. Sementara Raja dipegang oleh dua orang lainnya pula.
“Miskin nggak tau diri lo!” teriak Krisna memaki Raja. “Lo cuma supir,njing!”
“Mulut lo sini gue sobek bajingan! Baru tau gue ada cowo kelakuan lebih dari anjing kaya lo!” balas Raja memberontak ingin kembali menghajar Krisna. “Ratu nggak pantes sama cowo biadab kaya lo,anjing!”
“Raja,udah. Stop!”
Ratu berdiri di depannya. Memegang bahu Raja, menenangkan pria itu.
“Cewe lonte kaya dia banyak di pinggir jalan, bangsat! Lo tinggal pake aja kalo mau, segelnya udah gue buka. Dia nggak bakal nolak kalo lo kasih burung lo. Gatel lo emang,Ra!” Teriak Krisna sambil tertawa seperti setan.
Seketika itu juga Ratu langsung berbalik menghadap Krisna. Hatinya benar-benar sakit. Dipermalukan di depan umum seperti ini adalah hal yang sangat menyakitkan. Hingga tanpa terasa airmatanya merembes turun membasahi kedua pipinya.
“Udah puas? Udah puas ngatain gue?” lirih Ratu menghapus airmatanya.
Melihat hal itu entah kenapa semakin membuat Raja marah. Memberontak kuat sampai kedua tangan orang yang melerainya terlepas. Raja pun langsung menghampiri Krisna, menarik pemuda tersebut dan kembali memukulnya dengan brutal.
Dia tidak peduli akan dituntut oleh Krisna setelah ini. Tidak peduli jika Krisna akan sekarat karena ulahnya.
Saat ini membalas sakit hati Ratu adalah hal yang paling utama.
Dada Raja pun ikut merasakan sesak mendengar ucapan Krisna tadi.