#GRADUATION PRESENT#
Satria tidak pernah menyukai segala jenis olahraga ringan selain salah satu olahraga yang dilakukan di atas ranjang. Akan sangat merugi baginya jika mengeluarkan keringat hanya dengan melakukan kegiatan fisik kecil-kecilan di dalam ruangan tanpa menguntungkannya dan membuatnya bahagia.
Namun kali ini prinsip itu tidak berlaku sama sekali. Sejak sepuluh menit yang lalu entah sudah berapa kali Satria melakukan push up di dalam kamar hotel Gadis selama perempuan itu berada di Jakarta, sebelum besoknya ia harus ke Bandung bertemu keluarganya.
Bunyi gemericik air yang jatuh dari dalam shower kamar mandi total membuat pikiran Satria buyar begitu saja. Pemikiran tentang segala hal yang berbau vulgar membuatnya kehilangan fokus pada game yang tadi ia mainkan kala menunggu sang kekasih menyelesaikan sesi mandinya.
Setelah makan malam bersama Ratu dan Raja tadi. Pasangan itu lebih memilih untuk kembali ke hotel Gadis lebih dulu, meninggalkan pasangan tergila yang mencoba fingering di tengah waktu romantis mereka saat double date.
Sialan! Satria tak sengaja menyaksikan kelakuan bejat calon adik iparnya saat mengambil sendoknya yang terjatuh di bawah meja. Aksi kotor itu terlihat jelas oleh kedua matanya, manaka tangan Raja menyelinap masuk ke sela kaki sang adik.
Hingga saat ini Satria terus merasakan efeknya. Terlebih lagi kini ia tengah menunggu Gadis yang sedang mandi, membayangkan tubuh semulus porselen milik cintanya itu berdiri dibawah guyuran air. Licin dan basah. Seksi sekali terbayang oleh otak kotor Satria.
“Oh, tuhan! Sadar Sat… sadar! Arrgh!” Dia frustasi disebabkan oleh pikirannya sendiri
Pemuda itu melompat-lompat kecil seperti tupai. Bahkan berlari-lari kecil di dalam kamar itu. Melakukan aktivitas yang mungkin bisa membuatnya melupakan pikiran bajingan yang melibatkan Gadis di dalamnya. Peluh mulai membasahi dahi. Rambut hitamnya yang agak berantakan sudah setengah basah. Satria lantas melepas blazer berwarna mocca yang tadi digunakan dan hanya tersisa kaos putih lengan pendek tipis dengan potongan kerah v. Memperlihatkan bidang dadanya yang lebar dan sudah pasti nyaman untuk bersandar kala tubuhnya pun mulai basah oleh keringat.
Kalo malam ini gue nggak bisa nahan lagi, semoga papi, ayah, dan kang prasetya bisa maafin gue!
Suara air tak lagi terdengar dari dalam kamar mandi. Bayangan Gadis terlihat mulai berjalan mendekati pintu kaca tersebut. Tak lama setelah itu pun yang ditunggu keluar dengan keadaan segar sehabis mandi. Masih menggunakan bathrobe putih milik hotel dan sehelai handuk yang menggulung rambut basahnya.
“Kamu nggak mandi, a?”
“A-aku harus mandi juga?” Tanyanya spontan di sela mengatur nafasnya yang tersengal sehabis berolahraga kecil.
“Kalo mau, ya nggak masalah. Lagian habis ngapain, sih? Kok keringetan banget kayaknya?”
Satria menjangkau botol air mineral di atas meja nakas. Membuka tutup botolnya, lalu meneguk air bening itu sampai tersisa setengah botol.
“Aku habis olahraga, neng.”
“Tumben banget.”
“Kalo nggak gitu aku bisa stres nungguin kamu.”
“Emang kenapa?”
Satria menggeleng. Lantas melempar tubuhnya berbaring terlentang di atas ranjang Gadis. Memejamkan matanya sejenak, masih mencoba untuk menjernihkan pikirannya.
“A…” Gadis memanggil.
“Hm?” Dia menjawab dengan deheman. Ia pikir Gadis hanya sekedar iseng memanggilnya, sehingga ia tidak berinisiatif untuk membuka matanya sama sekali. Ada rasanya sekitar dua menit suasana ruangan terasa sunyi. Gadis tidak bersuara sama sekali. Sampai akhirnya Satria mulai membuka kedua matanya ketika ia menerima beban berat menimpa tubuhnya. Aroma manis sabun dan shampoo langsung menyeruak masuk ke dalam hidungnya. Sepasang matanya membola kaget saat mendapati posisi Gadis yang berada di atasnya, menindih tubuhnya yang mendadak kaku begitu saja.
“Graduation present,” katanya lembut dan tersenyum simpul.
“Mana?” Tanya Satria spontan karena tak tahu harus mengeluarkan kata apalagi melihat posisinya dan Gadis saat ini.
Ternyata Satria akan dibuat gila oleh Gadis malam ini. Hadiah yang Satria tunggu nyatanya sudah ada dihadapannya kini. Gadis menarik simpul tali bathrobe yang melingkar di pinggangnya. Membuat Satria membeku kaget. Kemudian tanpa memberi jeda sedetikpun. Gadis langsung menyambar bibirnya. Mencium ranum tebal nan lembut itu dengan seduktif.
Satria membalas ciuman itu. Menarik tubuh Gadis semakin mendekat padanya. Ia melumat, menghisap bibir sang kekasih secara bergantian atas dan bawah. Sementara itu tangannya mulai bergerak, bergerilya di atas tubuh Gadis yang masih terbalut bathrobe. Tidak menggunakan apapun di dalamnya.
Bagaimana bisa tahu?
Sebab Satria dapat melihat belahan dada sintal Gadis yang mengintip di celah bagian tengah bathrobe yang hampir terbuka. Lalu perutnya yang masih tertutupi kaos tentu dengan mudah dapat merasakan bokong sintal itu mendudukinya tanpa celana dalam. Gadis malam ini adalah hadiah kelulusan luar biasa yang Satria dapatkan dari banyaknya hadiah yang ia terima.
Ciuman mesra. Bahkan saat ini Satria tengah menikmati lembutnya payudara sang kekasih yang tergantung bebas di atas wajahnya. Gadis memberikannya kebebasan malam ini. Bukan tanpa paksaan, namun ia juga sangat menginginkannya.
“A-a w-wait,” desahnya menghentikan mulut Satria yang menghisap putingnya seperti bayi.
“Sakit?”
“Nggak, enak kok. Tapi malam ini gantian.”
“Aku belum puas, neng.”
“Nanti, a.”
Gadis menegakkan tubuhnya. Duduk di atas perut keras Satria sambil melucuti bathrobe yang masih terpasang di bahu kembarnya. Secara jelas Satria melihat tubuh bagian atas Gadis yang membuatnya terpesona. Dengan bentuk yang bulat, padat, walaupun tidak terlalu besar. Namun daging sintal itu sangat pas di dalam genggamannya bersama puting coklat muda yang pas di mulutnya. Ingin sekali Satria abadikan keindahan ini melalui kamera ponselnya. Tapi kegiatan Gadis berikutnya langsung mengurungkan niat Satria.
Gadis itu duduk berlutut diantara kedua kaki Satria. Mencoba melucuti celana yang masih terpasang rapi di kedua tungkai panjangnya. Tanpa diberitahu pun Satria sudah dapat menebak. Sasaran utama Gadis adalah kejantanannya.
Persetan dengan bunyi ponsel yang terus berdering ribut. Saat ini Satria hanya mampu melenguh, mengerang dengan suara beratnya saat mulut hangat Gadis sibuk mengurut kejantanannya yang tegang. Menghisap dan menjilatinya seperti es krim. Satria tidak pernah tahu jika Gadis bisa melakukan hal kotor ini melebihi jalang. Kedua bolanya dimainkan, di remas dan diciumi tanpa rasa jijik. Satria seolah tengah melihat sisi yang sangat berbeda dari kekasihnya sendiri. Bagaimana saat kepala itu bergerak naik turun dan mulutnya menelan habis satu batang tebal Satria sampai membuatnya tersedak dan batuk.
“Aargh, neng!” Erang Satria meremas rambut Gadis dan menekan kepala wanita itu pada kejantannya.
Uhuk! Dia terbatuk dan langsung mengeluarkan milik Satria lagi dari dalam mulutnya. Basah dan licin. Tangan kanan Gadis menggenggamnya sambil dikocok-kocok pelan berulang kali.
“A, gede,” gumamnya lirih dengan penampilan mulut yang belepotan cairan yang bercampur dengan liur.
“Neng, kok bisa sih?” Tanyanya dengan nafas tersenggal.
“Em… di London. I saw it in a porn video.”
“Kamu nonton yang kayak gituan juga?”
“Beberapa kali, cause i'm curious.”
“Tapi yang kamu lakuin udah kayak profesional. Maksudku, kamu hebat puasin aku. Gila pokoknya. Mulutmu enak, neng.”
“Tapi rasanya aneh.”
“Apa?”
“Sperm. Nggak sengaja ketelan.”
Sumpah lucunya. Wajah polos Gadis benar-benar lucu. Satria tak bisa menahan hasrat ini terlalu lama. Sakit, dan rasanya benar-benar ingin dipuaskan oleh Gadis malam ini juga.
Dengan satu tarikan keras Satria berhasil membawa Gadis kembali berbaring diatas kasur, berganti posisi dengannya setelah berhasil membuat Gadis dalam keadaan telanjang bulat. Pemandangan menggiurkan yang hampir membuat liur Satria menetes.
“A, mandi dulu.”
“Nanti, nggak sabar pengen colok. Pedro pengen berpetualangan di rawa-rawa kamu.”
“Bakal sakit nggak?”
“Aku mainnya bakal pelan-pelan. Kalo sakit cubit aja pantatku, neng.” []