#Ganteng juga kamu...#
Motor beat merah Raja baru saja tiba di depan pagar besar rumah mewah Ratu. Bermodalkan bunyi klakson beberapa kali menandakan kedatangannya. Pintu pagar yang berukuran lebih kecil pun terbuka. Tak lama setelah itu salah satu satpam pun muncul dan menyapanya.
“Oalah, mas Raja ternyata. Sehat,mas?”
“Alhamdulillah sehat,Pak.”
“Saya turut berduka cita ya,mas. Saya kemarin dengar kabarnya dari mbak Ratih.”
“Iya,Pak. Makasih ya.” Raja pun tersenyum ramah.
“Mbak Ratu ada di dalam,pak?”
“Ada,mas. Ada bapak dan ibu juga di dalam.”
“Oh,pak bos sudah pulang?”
“Sudah hampir seminggu di sini. Mas Raja masuk saja, sudah ditungguin mbak Ratu di dalam.”
“Okelah kalau begitu. Saya masuk dulu ya,pak,” kata Raja undur diri, kembali menghidupkan mesin motornya.
Namun tak lama berselang, datanglah sebuah mobil pajero warna putih dan melakukan hal yang sama seperti Raja tadi. Membunyikan klakson beberapa kali sebagai isyarat bahwa dia ingin masuk ke dalam pekarangan rumah sang kekasih.
“Pak De, tolong bukain pagarnya. Saya mau masuk.”
“Mas Krisna… sebentar mas.” Teriak pria paruh baya yang dipanggil Pak De itu. Dengan segera Pak De menekan tombol pada remote kecil di tangannya untuk membuka pagar utama, agar Krisna bisa masuk ke dalam pekarangan rumah.
“Terima kasih,Pak De,” ujarnya berteriak, mengangkat sebelah tangan untuk melambai pada satpam itu.
Saat dia turun dari mobil dan akan masuk ke dalam rumah. Dari arah garasi samping pun Raja muncul sambil menenteng sebuah plastik indomaret yang berisikan jajanan untuk diberikan kepada Ratu.
Seketika itu juga rasa kesal atas pertikaian mereka yang lalu kembali terkenang oleh Krisna. Saat Raja menghajarnya secara membabi-buta hingga membuatnya terbaring selama dua hari di rumah. Akibat seluruh wajahnya memar bekas pukulan Raja yang tak main-main.
“Ngapain lo disini?” tanya Krisna ketus menarik kerah jaket denim Raja.
“Seharusnya gue yang nanya sama lo. Ngapain lo disini? Bukannya lo udah dibuang sama Ratu? Masih punya malu?” jawab Raja berani tanpa ada rasa takut sama sekali.
“Sopan lo sama gue anjing! Lo itu cuma supir di rumah ini dan gue majikan. Jaga sikap lo!” Kata Krisna lagi dengan suara mulai meninggi. Menatap sengit Raja yang membalas tatapan itu dengan santainya.
Tak gentar walaupun Krisna menarik kerah jaketnya dengan keras.
“Majikan gue cuma Ratu dan bukan anjing kayak lo!” Raja pun menepis kuat tangan Krisna sampai membuat cengkraman di kerah jaketnya terlepas. “Harusnya lo yang jaga sikap,bangsat! Akhlak lo benerin. Nggak punya malu datang ke rumah cewek yang udah buang lo. Malu dong lu sebenarnya, njing!”
“Bacot lo bisa dijaga,gak? Makin ngelunjak lo gue liat.”
“Nggak bisa kalo sama lo! Gatal mulut gue pengen nyumpahin lo.”
Krisna tertawa,mendorong bahu Raja hingga membuat pria itu mundur selangkah. “Gue mau tau kenapa lo semati-matian ini bela Ratu. Itu lonte udah kasih apa sama lo,hah? Berapa kali lo tidur sama dia? Enak kan bekas gue?” Jeda Krisna sambil tertawa mencemooh. “Itu cewek udah nggak ada harganya dimata gue. Tapi gue nggak mungkin lepasin mainan yang bisa muasin gue. Jadi mending lo cari lonte yang lain aja. Mundur!”
Mendengar ocehan sampah Krisna ternyata berhasil kembali menyulut amarah Raja. Kepalan tangannya semakin mengetat, suhu tubuhnya meningkat dan saat ini dia benar-benar ingin merobek mulut Krisna.
“Bangsat!” Raja menggeram, melayangkan satu tinju di wajah Krisna sampai membuat pemuda itu jatuh tersungkur. “Manusia macem lo bener-bener nggak pantes hirup oksigen besok pagi,bajingan!”
“Bacot,anjing!Lo yang harusnya mati dasar miskin!” Seru Krisna menyeka sudut bibirnya yang berdarah.
Disaat Krisna mulai bangkit dan akan balik memukul Raja. Maka saat itulah pintu utama rumah besar Ratu terbuka dan muncullah Ratu bersama sang ayah. Diikuti ibunya di belakang yang terlihat akan pergi keluar bersama ayahnya siang ini.
“Mbak?”
“Ratu?”
Ratu berdiri dengan kedua lengan terlipat di depan dada. Sudut bibirnya terangkat ke atas, menatap tajam Krisna yang terlihat menelan salivanya kasar.
“Papi udah denger sendirikan apa yang sudah diucapkan oleh Krisna?”
“O-om, Kris—”
“Pergi kau dari rumahku atau kupecahkan kepala kau,Krisna!” ucap Kaisar, ayah dari Ratu yang saat ini telah murka setelah mendengar ocehan sampah dari mulut pemuda yang akan dia nikahkan dengan putri satu-satunya.
Seketika itu juga rasa penyesalan pun muncul karena sudah memaksakan kehendaknya pada sang putri untuk menikah dengan orang yang salah. Tak dapat dibayangkan bagaimana nasib sang putri jika saja pernikahan itu resmi terjadi.
Mungkin saja Kaisar akan merasa menyesal seumur hidup.
“Krisna,” panggil Rena ibundanya Ratu. “Saya tau kamu lahir dari keluarga terhormat. Tapi saya tidak menyangka jika mulut dan hatimu tidak lebih baik dari tumpukan sampah. Lonte kamu bilang? Putri yang saya lahirkan ke dunia dan saya besarkan sepenuh jiwa kau jadikan seperti lonte?” Wanita itu menarik nafas dalam sebelum melanjutkan kalimatnya. “Pergi kamu dari sini dan jangan pernah sekalipun muncul di hadapan kami! Dasar binatang!”
“Tuli kau?!” Cerca Kaisar dengan suara naik beberapa oktaf. Mengagetkan beberapa orang yang ada disana saat pria itu melayangkan tamparan keras di wajah Krisna yang memerah menahan marah.
Lantas Krisna mengangkat wajahnya dan menunjuk satu persatu-satu orang-orang yang sedang menghakiminya. Terutama Ratu. Fokusnya tetap pada Ratu. Tatapan tajam itu hanya tertuju pada Ratu sebelum dia pergi mengangkat kakinya dari kediaman mewah itu.
“Anjing lo semua!” teriak Krisna berteriak dari dalam mobil, lalu pergi membawa mobilnya keluar dari pagar besi yang tinggi itu.
Sementara keempat orang lainnya masih berdiri di teras, menatap kepergian Krisna yang telah menghilang dari penglihatan mereka.
“Maafkan papi,dek.”
Ratu menggeleng. “Bukan salah papi. Jangan dipikirkan. Semuanya sudah selesai dan orang gila itu sudah pergi. Ratu bebas sekarang.”
Rena pun memeluk putrinya. Mencium pipi sang putri berulang kali. “Maafin mami. Mami yang salah karena terlalu sering mengabaikan kamu,dek. Mami dan papi terlalu sibuk dengan urusan kerjaan sampai-sampai hampir menjerumuskan kamu dalam hubungan yang salah.”
Lagi-lagi Ratu menggeleng. Melepaskan rengkuhan sang ibu dan memberikan senyum simpul. Senyum yang mengisyaratkan bahwa dia baik-baik saja dan tak perlu ada yang dikhawatirkan.
“Kamu yang namanya Raja?” tanya Kaisar menunjuk Raja yang berdiri tegak dengan senyuman ramah dan sopan menghiasi wajah tampannya.
“Iya pak, saya Raja supirnya mbak Ratu.”
“Kita baru pertama kali ketemu kan?”
“Iya,pak. Ini pertama kalinya.”
“Ganteng juga kamu aslinya. Pangling saya kalo ketemu langsung gini. Gak mirip seperti supir. Kayak pacar anak saya kelihatannya.”
Calon pacar,Pak. batin Raja seraya tersenyum kikuk akibat dipuji mendadak oleh Kaisar, ayah dari gebetannya. Mau terbang saja rasanya sampai menembus atap rumah mewah milik Ratu
[]